Di sebuah pondok kayu yang sudah rusak di Refugio Independencia, jenazah Norman Edwin (wartawan Kompas) dan Didiek Samsu (wartawan Jakarta Jakarta) ditemukan.
Kedua pendaki Indonesia itu mengalami musibah pada pendakian kedua tim Mapala Universitas Indonesia tahun 1992.
Alfons menjelaskan, tim WISSEMU memulai pendakian di jalur normal melalui Plaza de Mulas pada 20 Januari.
Di lokasi ini tim sempat tertahan karena badai salju menyerbu gunung.
Waktu pendakian ke puncak terpaksa diundur sesuai dengan prakiraan cuaca setempat. Setelah beraklimatisasi dengan mendaki puncak-puncak di sekitar base camp dan mengusung logistik ke sejumlah camp, tim mencapai Refugio Berlin pada 30 Januari.
Tidak buang waktu mereka lalu memulai perjalanan summit attack sekitar pukul 04.30 waktu setempat. Suhu sekitar dilaporkan -10 derajat Celcius, namun faktor angin kencang berkecepatan 50 km/jam menambah anjlok suhu (windchill) diperkirakan sampai -20 derajat Celcius.
Detik-detik pendakian turut dipantau seluruh anggota Mahitala Unpar di Indonesia yang terus mengiringi perjalanan tim dengan doa.
Sebelumnya, ketiga mahasiswi ini mencapai puncak Gunung Kilimanjaro (5.895m) pada 24 Mei 2015, puncak Gunung Elbrus (5.642m) pada 15 Mei 2015, dan Carstensz Pyramid (4.884m) pada 2014. Mahitala Unpar berhasil menempatkan empat pendaki puteranya sebagai tim Indonesia pertama di Tujuh Puncak Dunia pada 2012.