"Ini untuk keempat kalinya saya mengikuti audisi. Tahun 2013 dan 2014 saya gagal di Kudus dan sebelumnya saya juga kalah di semifinal dalam audisi di Purwokerto beberapa waktu lalu," ujar Amala, pelajar 2 SMP Negeri 1 Kedungwuni, Pekalongan.
Sementara itu, menurut Legenda Bulutangkis Ade Chandra, dirinya ikut menjadi pemandu bakat dan hadir ke Kota Udang semata-mata untuk mencari bakat dan sekaligus memotivasi pemain muda untuk menekuni olahraga tepok bulu.
Selama di Cirebon bersama pasangannya ketika menjadi juara dunia 1980 silam, Christian Hadinata, Ade melihat sebenarnya banyak bibit pemain berbakat di Kota Udang ini. Hanya, potensi-potensi tersebut belum tergali dengan optimal.
"Mereka yang mengikuti audisi ini sebenarnya memiliki potensi dan bakat bagus. Hanya mereka belum ditangani pelatih profesional sehingga kemampuannya tidak cepat meroket," sebut mantan pebulutangkis kelahiran Jakarta, 4 Februari 1950 ini.
Di mata Ade, ayah empat anak dan kakek empat cucu itu, sebenarnya dibandingkan dengan menjadi atlet cabang olahraga lain, menekuni bulutangkis itu adalah jalan terbaik para pemain muda untuk meretas karier menjadi juara dunia.
"Dengan menekuni bulutangkis dan sukses menjadi juara di Indonesia saja, itu sebenarnya sudah merupakan setengah dari menjadi juara dunia. Bibit yang bagus dan berkualitas itu merupakan jalan lebih cepat menuju panggung juara dunia," papar juara ganda putra All England 1972 dan 1973 bersama Christian ini.
Menurut Ade, dari audisi di Cirebon ini, dirinya terkesan dengan penampilan salah satu pemain tunggal putra, Gumelar yang berkompetisi di U-13. Pemain asal klub Mentari V Kool Bandung tersebut memiliki postur bagus dan didukung teknik dasar bermain bulutangkis yang baik dan benar.
"Kalau benar pemain ini tidak mencuri umur, saya yakin dia adalah salah satu bibit pemain potensial dari Cirebon dan layak untuk tampil ke tahap final di Kudus," ujar Ade.
Gumelar sendiri dalam laga penentuan lolos ke semifinal sebagai tiket menuju tahap final di Kudus menang mudah, 21-9, 21-15 atas Shareef Fahd Basysyar asal PB Wina Tunas Harapan Cirebon.
"Udara di sini memang panas sekali. Tetapi saya ngotot main. Saya ingin jadi juara dunia, makanya saya ikut audisi agar bisa bergabung bersama Djarum yang fasilitasnya bagus," ujar Gumelar, pemain kelahiran Bandung, 4 Juni 2005 yang memiliki postur tinggi 160 cm dan berat 56 kg.
Tahun lalu, pelajar kelas 6 SD Muslimin, Cileunyi, Bandung ini sempat sekali mengikuti audisi di Kudus. Namun sudah tersisih di tahap kedua.
"Saya tahun ini ngotot ikut audisi. Saat audisi di Bandung lalu saya malah nggak ikut karena lagi sakit," tegas Gumelar.
Kegembiraan juga dirasakan Hanif Rahman asal klub Suluh, Pondok Gede, Jakarta Timur yang berlaga di U-15 putra. Dia memberanikan diri mengikuti audisi di Cirebon karena ingin mewujudkan impian sebagai pebulutangkis nasional.
"Ini untuk kali pertama saya mengikuti audisi. Sebelumnya saya belum pernah ikut. Saya bercita-cita ingin masuk Djarum agar bisa menjadi juara dunia," aku pemain kelahiran 20 Oktober 2003 ini.