Menurut Achmad Soetjipto, Indonesia memang terlambat dalam menerapkan High Performance Programme (HPP) dalam pembinaan olahraga. Sementara Australia telah memulainya sejak Olimpiade Montreal 1976 dan Thailand sejak 10 tahun lalu.
"Indonesia memang baru memulai dan Satlak Prima diharapkan menjadi kepanjangan tangan pemerintah dalam mengambil kebijakan untuk berinvestasi dalam mendukung atlet-atlet indonesia sehingga bisa unggul dalam persaingan," katanya.
Kebijakan pemerintah dalam berinvestasi melalui Satlak Prima, kata Achmad Soetjipto telah menunjukkan hasil di Olimpiade Rio de Janeiro 2016.
"Return of investment dalam pembinaan olahraga yang diharapkan pemerintah telah sepadan dengan hasil yang telah dicapai di Rio," katanya.
Satlak Prima, kata Ahmad Soetjipto, adalah kebijakan pemerintah untuk funding disvestasi dalam performance sport khusus atlet-atlet yang berada di segmen unggulan. Dan, Satlak Prima itu adalah unit operasional dari pada program tersebut.
"Satlak Prima itu diberikan tanggung jawab antara lain menseleksi atlet yang tepat dan mengalokasi anggaran dana yang tidak banyak tersebut menjadi tepat sasaran," katanya.
"Saat ini, investasi pemerintah Indonesia di bidang olahraga prestasi masih lebih kecil dibanding negara negara lain seperti Singapura, Thailand, dan China. Ke depan, kita berharap terjadi peningkatan sehingga prestasi yang diharapkan bisa tercapai," tambahnya.