Yang unik dari Kejuaraan Dunia kali ini adalah lokasi lepas landas (takeoff) yang berada di lereng Shasicha, di pegunungan Vlora, berada 690 meter di atas permukaan laut. Sedang lokasi pendaratan (landing) di pantai, membentang sepanjang jalan raya.
Meski di takeoff angin cukup lembut, 5-15 km/jam, angin pantai yang cenderung mengarah ke laut di sore hari, menjadi kendala tersendiri bagi para pilot jika tidak cermat melakukan perhitungan jelang mendarat. Mereka akan mudah terlempar dari titik nol, bahkan keluar dari lingkaran besar.
Meski cuaca tidak sedingin Serbia ketika Seri 2 PGAWC April lalu, yang mencapai di bawah 10 derajat Celcius, saat Ronde II tengah berlangsung cuaca sempat turun mencapai 13 derajat Celcius. Cukup drastis dibanding 20 derajat saat siang hari ketika Ronde II dimulai.
“Tau-tau pilek aja,” ujar Darumaka, pilot paling berpengalaman di timnas Indonesia.
Dalam kelompok pilot yang mencapai nilai 2, dia dikeroyok tiga pilot Cina dan juara bertahan Kelas Putri PGAWC 2016 Marketa Tomaskova (Rep. Ceko).
Bersama Irvan dan Aris, yang bersama mendapat nilai 3, serta nilai 0 milik Chandra, mereka membawa Indonesia menempati peringkat sementara keempat Kelas Beregu dengan nilai 8, sama dengan Bulgaria.
Link Terkait: www.fai.org, www.paragliding.al
Hasil WPAC FAI IX Albania 2017, Ronde I, Sabtu (6/5):
Kelas Umum:
1. Sandor Kazlas (Hongaria), nilai : 0
4. Goran Djurkovic (Serbia) : 0
13. Tanapat Luangiam (Thai) : 0
14. Permadi Chandra (Idn) : 0
16. Matjaz Sluga (Slovenia) : 1