Laporan Wartawan Tribunnews.com, Abdul Majid
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Bagi Jendi Panggabean, tak pernah terpikir dalam benaknya untuk menjadi altet yang kerap mengharumkan nama Indonesia.
Lahir dengan kondisi tubuh yang lengkap, Jendi Panggabean kecil tumbuh di desa terpencil di Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan, merupakan anak periang yang sering bermain dengan rekan-rekannya.
Berenang di sungai menjadi hal yang paling ia suka lakukan dengan rekan-rekannya sepulang sekolah.
Namun, saat usianya menginjak 12 tahun, insiden yang mengubah pandangan hidupnya pun terjadi.
Baca: Disutradarai Tompi, Ini Konsep Video Klip Lagu Resmi Asian Para Games 2018 Song of Victory
Jendi Panggabean harus merelakan kehilangan kaki kirinya akibat kecelakaan motor.
“Saya dulu terlahir normal, usia 12 tahun kecelakaan motor sampai kaki saya harus diamputasi,” kata Jendi Panggabean kepada Tribunnews saat ditemui di sebuah acara di kawasan SCBD, Jakarta Selatan, Selasa (18/9/2018).
“Kondisi waktu kejadian saya masih sadar. Saya sadar kalau kondisi kaki saya sudah hancur, sampai akhirnya selesai diamputasi. Dari situ juga saya menandakan saya adalah orang yang kuat,” kenang Jendi Panggabean.
Baca: Ini Harga Tiket Upacara Pembukaan Asian Para Games 2018 di SUGBK: Rp 500 Ribu hingga Rp 2,5 Juta
Setelah kejadian itu, Jendi Panggabean tak menutup diri dan terus bersemangat menjalani hidup.
Tak ada rasa malu dengan keadaan yang menimpanya.
Jendi Panggabean pun kembali keluar dan bermain dengan rekan-rekannya.
Hingga akhirnya Jendi Panggabean yang mempunyai ketegaran hati dan terus menjalani hidup tanpa mengenal menyerah pun memberanikan diri merantau ke Kota Palembang.
Dan dari sinilah bakat Jendi Panggabean mulai terlihat.
“Saya anak desa. Saya merantau sendiri ke Kota Palembang, di sana saya diperkenalkan dengan olahraga disabilitas, renang. Saya memang punya bakat di air, karena dulu saya senang berenang di sungai,” kata Jendi Panggabean.