Laporan Wartawan Tribunnews.com, Abdul Majid
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Tahun 2018 akan menjadi catatan sejarah baru bagi olahraga Indonesia, sebab utamanya karena di tahun ini Indonesia sukses menggelar dua ajang olahraga multi event internasional: Asian Games 2018 dan Asian Para Games 2018.
Bukan sekadar penyelenggaraan, dari sisi prestasi kontingen Indonesia juga tampil impresif dengan mampu melampaui target yang telah diusung oleh pemerintah sebelumnya yakni lolos 10 besar dengan perhitungan pada Asian Games 2014 yang berada di peringkat ke-17.
“Dari 463 nomor yang dipertandingkan, untuk mencapai 10 besar harus meraih medali emas 14 sampai 18. Target dari kami bisa 10 besar. Semua sudah kami catat dengan rapi. Target pemerintah itu sudah disampaikan ke seluruh cabang olahraga,” kata Menpora Imam Nahrawi, Rabu (25/7/2018).
Target tersebut pun sanggup dipatahkan para pahlawan olahraga Indonesia dengan finis keempat dari torehan 98 medali: 31 emas, 24 perak dan 43 perunggu.
Tak ayal, perolehan medali itu menjadi sejarah baru bagi Indonesia sepanjang mengikuti Asian Games, begitu juga dengan penyelenggaraannya yang mendapat sambutan positif di mata internasional.
Salah satunya pengakuan dari Presiden Olympic Committee of Asia (OCA), Sheikh Fahad Al-Sabab pada penutupan Asian Games 2018 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Minggu (2/9/2018).
“Indonesia, terima kasih banyak. Kami cinta kalian. Terima kasih Jakarta, terima Kasih Palembang. Kalian melaksanakan tugas dengan baik. Kalian berhasil mewujudkan mimpi Energi of Asia hadir di sini,” kata Sheikh Fahad Al-Sabab dalam pidatonya.
“Sekarang kami sedih mesti meninggalkan negara kalian yang cantik. Tapi juga menjadi hari yang membahagiakan karena kami pulang dengan banyak memori, momen luar biasa. Venuenya, persaingan, keberanian yang dieasakan di Asian Asian Games, dan keramahan orang-orang Indonesia tak akan dilupakan. Kalian akan selalu di hati kami,” sambungnya.
Lalu, kenapa dua sukses itu bisa didapatkan? Ternyata, peran pemerintah sangat sentral. Pertama mengenai perhatian kepada atlet saat melakukan persiapan jelang Asian Games.
Pemerintah dalam hal ini Kemenpora memutuskan menghapus Satlak Prima lewat Perpres No. 95 Oktober 2017. Lewat aturan ini, pemerintah melalui Kemenpora dan Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) akan mengontrol secara langsung kepada induk cabang olahraga lainnya terkait masalah akomodasi dan sebagainya.
Artinya, lewat aturan ini, induk cabang olahraga akan mengelola anggaran pelatnas mereka secara mandiri. Ketika dana sudah disalurkan langsung, dampaknya semua cabor bisa melakukan program persiapan secara fokus baik pemusatan latiahan atau try out di luar negeri.
Belum tuntas sampai di situ, guna menyemangati para atlet Indonesia saat bertanding, pemerintah pun menjanjikan bonus; Rp 1,5 miliar bagi peraih medali emas, Rp 500 juta medali perak dan Rp 250 juta perunggu – besaran bonus itu bagi nomor perorangan, dan nominal yang tak jauh berbeda juga diterapkan di nomor-nomor grup dan tim.
Ditambah lagi jabatan PNS dan rumah bagi peraih medali emas. Bonus yang diberikan ini pun menjadi bonus terbesar sepanjang sejarah olahraga Indonesia.