TRIBUNNEWS.COM - Pebulutangkis tunggal putra Malaysia, Liew Daren baru-baru ini bercerita perihal kekalahan tragis timnya dalam perhelatan Piala Thomas.
Liew Daren yang menjadi bagian tim Malaysia gagal mempersembahkan titel juara kepada negaranya dalam ajang Piala Thomas 2014.
Saat itu, tim Malaysia harus kalah secara tragis dari Jepang di partai puncak.
Skor 2-3 mewarnai kekalahan Malaysia dari tim Negara Sakura di tunrmanen dua tahunan tersebut.
Baca: Kontrak Pelatih Malaysia di Ujung Tanduk Akibat Penundaan Olimpiade Tokyo 2020
Liew Daren yang bermain sebagai wakil tunggal putra gagal memenangkan pertandingan ketiga yang menentukan melawan Takuma Ueda di New Delhi, India.
Pebulutangkis yang kini berusia 32 tahun tersebut harus mengakui keunggulan Takuma Ueda lewat permainan rubber game dengan skor 12-21, 21-18, dan 17-21.
Kekalahan tersebut akhirnya membuat tim Malaysia terpaksa mengikhlaskan trofi Piala Thomas kepada Jepang.
Enam tahun setelah kekalahan tersebut, Liew Daren akhirnya tak sungkan untuk kembali luka lama yang pernah dideritanya itu.
Liew Daren mengaku momen kekalahan dalam partai final Piala Thomas 2014 itu menjadi salah satu titik terendah dalam karirnya.
Pebulutangkis kelahiran Kuala Lumpur itu juga tak sanggup menahan luapan air mata karena ia begitu kecewa dengan hasil pertandingan itu.
"Saya tidak bisa menahan air mata begitu saya meninggalkan arena permainan karena saya benar-benar hancur oleh kekalahan itu," kenang Liew Daren, seperti yang dikutip dari The Star.
Salah satu faktor yang membuat Liew Daren sangat kecewa karena ia memiliki tekad untuk memberikan poin kepada timnya.
"Saya merasa bisa menang setelah melakukan comeback di babak kedua dan saya ingin menang demi negara, tim, dan saya sendiri," lanjutnya.
"Karena saya belum pernah memenangkan pertandingan penyisihan grup baik saat melawan India dan Jerman," ujar pebulutangkis senior Malaysia tersebut.
Liew Daren mengakui andai dirinya mampu memenangkan pertandingan itu, ia yakin Malaysia akan menjadi tim yang lebih diperhitungkan lagi dalam ajang sekelas Piala Thomas.
"Itu bisa menjadi momen yang mengubah hidup yang akan berarti segalanya bagi saya sebagai pemain tim nasional," beber Liew Daren.
"Tapi pada akhirnya aku merasa hancur dan mengecewakan semua orang," sedihnya.
Baca: Pelaksanaan Piala Thomas & Uber Mundur, Direktur Pelatih BAM Puji Keputusan BWF
Baca: Pihak BWF Didesak Tunda Penggunaan Shuttlecock Sintetis
Bahkan, Liew Daren membocorkan suasana yang cukup menyedihkan ketika timnya kembali ke ruang ganti.
"Kembali ke ruang ganti, tidak ada yang berbicara maupun memulai percakapan," kenang pebulutangkis tunggal putra tersebut.
"Semua orang terlalu sedih untuk mengatakan apapun," ungkap Liew Daren.
Ia menambahkan butuh waktu berbulan-bulan untuk bisa kembali bangkit dari momen terburuknya tersebut.
"Saya tidak punya nafsu makan selama beberapa hari berikutnya dan itu menghantui saya selama berbulan-bulan," sambungnya.
Sebagai pebulutangkis andalan tunggal putra, Liew Daren sejatinya berhasil menebus kesalahannya empat tahun kemudian.
Pebulutangkis berusia 32 tahun tersebut menebus kekalahan itu dengan berhasil melaju hingga parai semifinal Kejuaraan Dunia 2018.
Walaupun hanya meraih medali perunggu, dirinya mengaku cukup bangga dengan pencapaiannya tersebut.
Apalagi dirinya menyamai capaian yang pernah ditorehkan dua pebulutangkis Malaysia lainnya.
Dua pebulutangkis hebat Malaysia yang pernah meraih medali perunggu yakni Lee Chong Wei dan Wong Choong Hann.
Lee Chong Wei meraih medali perunggu kejuaraan dunia tepatnya pada tahun 2011 (London), 2013 (Guangzhou), dan Jakarta (2015).
Baca: Curahan Hati Kento Momota Soal Pendamping Hidup, Ini Kriteria Wanita yang Dia Suka
Baca: Peringkat Teranyar BWF Sektor Tunggal Putra, Kento Momota Belum Terkejar, Ginting & Jojo Turun
Sementara, Wong Choong Hann meraih perak dalam penyelengaraan kejuaraan dunia tepatnya tahun 2003 di Birmingham.
"Saya harap setidaknya hal itu adalah sesuatu yang bisa saya berikan kembali kepada bangsa," ujar Liew Daren.
Tidak ada yang menyangka memang Liew Daren bisa melangkah sejauh itu.
Sepanjang turnamen ia bisa mengalahkan para pebulutangkis muda yang sebenarnya lebih diunggulkan.
Nama-nama seperti Jonatan Christie (Indonesia), Kidambi Srikanth (India), dan Kanta (Tsuneyama) menjadi tiga tunggal putra yang berhasil dikalahkan oleh Liew Daren.
Hingga pada akhirnya Liew Daren harus terhenti di tangan Kento Momota di partai semifinal Kejuaraan Dunia 2018.
Daren mengakui jika dirinya tidak dalam kondisi fit saat menatap laga melawan Kento Momota di partai semifinal.
Walaupun demikian, ia menyadari jika Kento Momota saat itu tengah dalam performa terbaiknya sehingga cukup sulit dikalahkan.
"Bahkan jika aku fit dan bebas cedera, tidak mungkin aku bisa mengalahkan Momota," sanjung Liew Daren kepada Momota.
"Paling saya hanya bisa mengambil pelajaran permainan darinya, gelar dunia itu tentu layak menjadi miliknya," tambahnya.
"Tapi itu momen yang harus saya hargai karena saya sangat bangga dengan pencapaian itu karena saya sendirian disana," kenang Liew Daren.
Liew Daren saat ini menempati peringkat ke-41 ranking dunia sektor tunggal putra.
(Tribunnews/Dwi Setiawan)