Dia merasa tak dihargai dengan status tersebut.
Padahal, prestasinya di kancah internasional bukan remeh temeh.
"Saya keberatan karena status magang biasanya untuk pemain junior yang mau masuk ke pelatnas," kata Tontowi.
"Tahun lalu saya baru dicoba dengan satu pasangan (Winny). Saya masih kompetitif dan bisa mengalahkan pasangan 10 besar dunia. Saya tidak sejelek itu untuk dibuang," ujar Tontowi.
"Saya sebenarnya tidak mau membahas ini lagi. Saya juga tidak dendam. Seharusnya, PBSI bisa lebih menghargai pemain," jelasnya.
Tak lama kemudian, pebulu tangkis lain, Sony Dwi Kuncoro, turut buka suara soal borok PBSI, khususnya dalam menghargai atletnya.
Sony menceritakan pengalamannya ketika didegradasi dari Pelatnas pada 2014.
Menurut Sony, dia merasa tidak dihargai dengan sikap PBSI kepadanya saat itu.
"Hampir setiap atlet yang keluar dari PBSI akan merasakan kejanggalan dalam proses degradasi," tutur Sony melalui akun Instagram pribadinya.
"Tahun 2014 saya meninggalkan pelatnas PBSI dengan cara [mereka] yang menurut saya kurang menghargai saya yang sudah 13 tahun di Pelatnas. Pada waktu itu [saya masih] ranking 15 dunia."
Baca: Ahli Hukum Sebut Sarah Keihl Bisa Dipidana Maksimal 6 Tahun Penjara, Melanggar UU ITE
"Bagaimana tidak? Pertama kali saya tahu berita tentang degradasi melalui koran. Beberapa hari saya tunggu tidak ada pembicaraan dari pengurus."
"Akhirnya saya menanyakan surat keluar agar saya mendapat kepastian. Surat keluar, saya dapat. Itupun surat diberikan oleh karyawan (bukan pengurus)," tulisnya menambahkan.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul: Berawal dari Taufik Hidayat, Atlet Lain Mulai Bersuara soal Borok PBSI