TRIBUNNEWS.COM - Bagi khalayak awam, kesuksesan karier pebulu tangkis tunggal putra asal Jepang, Kento Momota, bisa terjadi karena dia diberkahi dengan keberuntungan.
Selain berasal dari negara maju yang melek teknologi, termasuk sports science, Kento Momota juga mendapat dukungan berupa fasilitas latihan memadai di Jepang.
Baca juga: Pebulutangkis Spesial, Kento Momota Ukir Sejarah Baru di Laureus World Sports Awards 2021
Meski begitu, pada faktanya, perjalanan karier dan hidup Momota tak melulu indah bak warna-warni pelangi.
Sebaliknya, perjalanan karier dan hidup Momota justru kerap disertai masalah dan musibah.
Baca Juga: Misi 'Balas Dendam' Axelsen Saat Momota Comeback pada All England 2021
Bencana pertama yang menghantam perjalanan karier Momota sebagai pebulu tangkis datang pada tahun 2011.
Momota, yang baru berusia 16 tahun, tengah berada di Indonesia untuk menjalani turnamen level junior kala tsunami menghantam Jepang dan merusak Prefektur Fukushima.
Fukushima adalah wilayah di mana Momota bersekolah.
Baca Juga: Memang Istimewa, Kento Momota Ukir Sejarah pada Laureus Awards 2021
Adapun SMA tempat Kento Momota menimba ilmu, Tomioka High School, hanya berjarak 10 kilometer dari pembangkit nuklir Fukushima yang rusak parah akibat tsunami dan juga gempa.
Dikutip dari BWF Badminton, Momota mengatakan kepada Kyodo News bahwa dia sempat merasa bingung dan putus asa saat mengetahui situasi tersebut.
Namun, berbekal mental baja dan tekad kuat untuk menjadi pebulu tangkis terbaik dunia, Momota kembali ke Jepang dan melanjutkan program latihannya.
Baca Juga: Berkah Terselubung di Balik Cedera, Kento Momota Masuk Nominasi Penghargaan Olahraga Bergengsi
Momota sempat kembali ke rumah orang tuanya di Prefektur Kagawa, tetapi dia kemudian kembali mengangkat raketnya dan berlatih keras.