Abdul Majid/Tribunnews.com
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Ganda campuran Indonesia, Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti tersingkir dari Olimpiade Tokyo 2020.
Kenyataan pahit itu mereka dapatkan setelah dikalahkan wakil China, Zheng Si Wei/Huang Ya Qiong pada babak perempatfinal dengan skor 17-21, 15-21, Rabu (28/7/2021).
Baca juga: Hasil Bulutangkis Olimpiade, Cukup 36 Menit, Ganda Nomor Satu Kirim Praveen/Melati Pulang Kampung
Atas hasil itu, pelatih ganda campuran, Richard Mainaky mengatakan dirinya tidak menyesali hasil yang ada namun sangat menyayangkan tersingkirnya Praveen/Melati.
Richard, menjelaskan, sejatinya Praveen/Melati punya peluang lebih besar untuk melangkah lebih jauh di Olimpiade jika memanfaatkan situasi.
Peluang besar itu, kata dia, terjadi pada babak penyisihan grup, tepatnya saat Praveen/Melati sudah mengantongi dua partai awal di penyisihan grup.
Baca juga: Dilipat Ganda China, Praveen/Melati Minta Maaf, Akui Zheng/Huang Superior
Hanya, pada laga pamungkas melawan ganda Jepang Yuta Watanabe/Arisa Higashino, Praveen/Melati tidak bisa memaksimalkan peluang yang ada.
Kekalahan dari Yuta/Arisa, dinilai sebagai salah langkah Praveen/Melati yang membuat mereka harus bertemu unggulan satu di perempat final.
Richard Mainaky mengaku akan bertanggung jawab atas kegagalan anak asuhnya di hadapan PBSI.
Baca juga: Gregoria Mariska Vs Ratchanok Intanon Perempat Final Olimpiade, 7 Kali Bertemu Tak Pernah Menang
“Apapun hasil semua itu saya yang bertanggung jawab dan saya akan pertanggungjawabkan kepada PBSI. Memang sudah seperti itu. Apapun hasil bagus apa tidak, kita sebagai pelatih paling di depan,” kata Richard saat dihubungi wartawan, Rabu (28/7/2021).
“Jadi kami bilang bukan menyesal tapi disayangkan,” sambungnya.
Lebih lanjut, Richard Mainaky menilai penampilan Praveen/Melati seharusnya bisa memanfaatkan peluang pada fase grup.
Baca juga: Hasil Bulutangkis Olimpiade, Ganda Nomor Satu Dunia Kena Mental, Greysia Polii/Apriyani Juara Grup A
Bila keluar sebagai juara grup, mereka pun bakal mendapatkan lawan yang tidak terlalu sulit di babak perempatfinal.
Akan tetapi, kesempatan itu tidak bisa mereka manfaatkan lantaran kalah di laga terakhir melawan wakil Jepang, Yuta Watanabe/Arisa Higashino, dengan skor 13-21, 10-21.
“Itu yang sayang tidak maksimal di kualifikasi grup. Seharusnya kan punya peluang lebih besar untuk melawan Yuta/Arisa dan menjadi juara grup. Jadi bisa menghindari (wakil China). Cuma ya itu kita lihat mainnya kurang pas, padahal itu penentuan,” jelasnya.
Hasil ini sekaligus menambah catatan rekor kekalahan Praveen/Melati menjadi 2-8 dari Zheng Siwei/Huang Ya Qiong.