Laporan wartawan tribunnews.com, Lusius Genik
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Nama pebulutangkis ganda putri Indonesia, Greysia Polii sudah tidak asing di telinga khalayak.
Wanita kelahiran Jakarta 11 Agustus 1987 itu baru saja menjuarai Olimpiade Tokyo 2020 sektor ganda putri bersama pasangan, Apriyani Rahayu.
Sosok Greysia ternyata mengawali perjalanan kariernya di dunia badminton dalam situasi serba keterbatasan secara finansial.
Saat berusia 5 tahun, Greysia sudah kehilangan ayahnya yang terlebih dulu berpulang kepada Yang Maha Kuasa.
Selepas kepergian sang ayah, Greysia kecil hidup hanya bersama ibunya yang saat itu memutuskan kembali ke kampung halamannya di Tomohon, Manado, Sulawesi Utara.
Setelah pindah ke Tomohon, Greysia mulai mengenal olahraga badminton.
Baca juga: Hasil Final Badminton Olimpiade, Pecundangi China, Greysia/Apriyani Akhiri Penantian Lama Indonesia
Hanya saja, karena keterbatasan ekonomi, Greysia kecil terpaksa menggunakan kardus yang dibentuk menyerupai raket untuk bermain badminton.
"Dulu awal dia bermain bulutangkis belum bisa beli raket.
Karena kan' papa kita meninggal dunia," ucap kakak kandung Greysia, Ade Polii saat berbincang dengan Tribunnews.com melalui saluran telepon, Selasa (3/8/2021)
"Jadi waktu kecil dia itu pakai kardus, dipotong lalu dibentuk jadi raket.
Itu saat dia masih 5 tahun.
Jadi dulu itu Greysia mulai main bulutangkis pakai kardus yang dibentuk jadi raket untuk belajar pukul-pukul," ucap Ade Polii.
Baca juga: Menteri Olimpiade Jepang Ucapkan Selamat untuk Greysia/Apriyani
Ade Polii juga mengungkapkan berbagai situasi sulit yang dihadapi Greysia Polii sebelum menjadi pemain profesional.