Usai gantung raket, Eng Hian kemudian memulai karir pelatihnya di PB Djarum pada tahun 2006. Sempat menjadi Kepala Pelatih Singapore Badminton Association pada 2007, kemudian pada 2014 Eng Hian resmi ditunjuk sebagai Kepala Pelatih Ganda Putri Pelatnas Utama PBSI hingga saat ini.
Sama seperti ketika masih bermain, pria kelahiran Surakarta ini juga bertabur gelar saat duduk di bangku pelatih. Sejumlah atlet ia antarkan meraih trofi dan medali kejuaraan bergengsi.
Selain raihan Medali Emas Olimpiade Tokyo 2020, beberapa lainnya seperti Medali Emas Asian Games 2014, Medali Perunggu Kejuaraan Dunia (2015, 2018, 2019), Juara Korea Open Super Series 2015, Juara Singapore Open Super Series 2016, Medali Perunggu Asian Games 2018, Medali Emas SEA Games 2019, dan lain-lain.
“Meraih gelar di ajang sebesar olimpiade memang bukan hal mudah. Ini adalah tugas sekaligus tantangan bagi para pelatih agar semakin gigih dan ulet dalam memoles para atlet Indonesia. Apresiasi dari Djarum Foundation ini adalah lecutan bagi kami agar semakin baik mempersiapkan bibit unggul di dunia bulutangkis. Saya juga banyak belajar dari para pelatih semasa menjadi atlet di PB Djarum, mereka selalu menanamkan mentalitas dan daya juang yang tinggi dalam setiap penampilan,” jelas Eng Hian.
Hal serupa dikatakan Chafidz Yusuf. Pria yang mulai bermain di PB Djarum sejak 1979 ini mengutarakan peran pelatih tak hanya meracik strategi permainan anak asuhnya. Lebih dari itu, pelatih juga harus membantu menjaga mental atlet saat bertanding.
Mental yang kuat akan membentuk tekad yang kuat pula dalam menghadapi situasi sulit di lapangan. Mentalitas Greysia dan Apriani inilah kemudian membawa mereka meraih medali emas dan mengibarkan Sang Merah Putih di Olimpiade Tokyo 2020.
“Tentu saja ada rasa syukur dan bangga tak terkira bahwa anak asuh saya berhasil meraih prestasi di ajang Olimpiade. Impian terbesar saya sebagai pelatih tentu adalah membantu mereka dalam meraih medali yang mampu mengharumkan nama bangsa di pentas dunia. Saya berterima kasih atas apresiasi yang diberikan PB Djarum dan merasa bersyukur masih terus menjadi bagian dari keluarga besar PB Djarum hingga kini,” tutur Chafidz Yusuf.
Pria kelahiran Solo 6 Desember 1963 ini memulai karir sebagai atlet bulutangkis PB Djarum pada tahun 1979. Ia masuk Pelatnas PBSI pada tahun 1983 hingga 1988.
Setelah gantung raket, adik dari mantan pebulutangkis Basri Yusuf ini mulai melatih di klub asalnya, PB Djarum, pada 1989 hingga 1996.
Ia kemudian masuk menjadi jajaran pelatih di Pelatnas PBSI mulai tahun 2003, hingga kemudian dipercaya menjabat Asisten Pelatih Ganda Putri Pelatnas Utama PBSI sejak 2014 hingga saat ini.