TRIBUNNEWS.COM - Kejuaraan dunia MotoGP 2022 memang masih akan berlangsung beberapa bulan lagi, namun Ducati mulai memanaskan "mesin" untuk meraih target yang lebih tinggi ketimbang musim MotoGP 2021.
Satu di antara target pasti yang diusung Ducati ialah titel juara dunia.
Sebagaimana yang diketahui, terakhir kali Ducati meraih sukses di pentas MotoGP ialah edisi 2007.
Saat itu pabrikan Italia mendulang sukses bersama pembalap asal Australia, Casey Stoner.
Meski sempat mengalami penurunan, namun dalam beberapa musim terakhir Ducati lewat evolusi Desmosedici-nya, mereka kembali bersaing dalam pacuan titel juara.
Baca juga: Pukulan Telak bagi Dunia MotoGP jika Marc Marquez Pensiun, Sirkuit Mandalika Rugi Lagi
Baca juga: Jadwal Tes Pramusim MotoGP 2022 di Mandalika - Menanti Evolusi RC213V Tanpa Marc Marquez
MotoGP 2021 menjadi bukti bahwa Ducati tak bisa dipandang enteng.
Meski mengakhiri musim sebagai runner-up untuk pembalapnya, namun Bagnaia yang kala itu jadi tumpuan utama Ducati sanggup memberikan perlawanan sengit kepada Fabio Quartararo (Yamaha).
Adalah Gigi Dall'Igna yang merupakan CEO Ducati itu membeberkan kunci sukses timnya dalam pengembangan Desmosedici.
Usut punya usut, kunci sukses Ducati ialah pengembangan motor yang tak hanya bertumpu kepada satu pembalap saja.
"Filosofi saya tidak hanya mengikuti satu pembalap. Saya lebih suka bertaruh pada statistik dan angka."
"Kemudian ketika Anda memecahkan masalah, Anda memecahkannya untuk semua pembalap dan bukan hanya untuk satu rider saja," terang Gigi Dall'Igna, seperti yang dikutip dari laman Motosan.
Koar-koar kunci sukses yang dihasilkan Ducati bak menyindir tim Repsol Honda.
Sebagaimana yang diketahui, tim berlogo sayap tunggal mengepal itu tengah dalam kondisi yang sulit dalam dua musim terakhir.
Pengembangan RC213V yang tak optimal lantaran cedera yang terus melanda Marc Marquez menjadi alasan utamanya.