Namun kenyataannya tak demikian. Bagnaia telat panas dan sering bermasalah dengan konsistensinya.
Murid dari Valentino Rossi itu menduduki tangga kelima di tabel klasemen lewat koleksi 91.
Kondisi ini jelas menjadi pertanda yang tak bagus bagi Ducati.
Padahal mereka digawangi delapan pembalap dengan kualitas mumpuni.
Sebaliknya, nama Aleix Espargaro justru jauh lebih 'mengancam' ketimbang deretan pembalap Ducati.
Rider Aprilia itu menghuni posisi kedua. Dia tertpaut 22 poin dari El Diablo -julukan Quartararo-.
Manajer tim Yamaha, Massimo Meregalli, mengungkapkan hal jalannya perburuan gelar juara dunia jauh dari prediksinya.
"Kami berhasil meraih kemenangan di Barcelona. Jujur saja, saya terkejut bagaimana dengan kondisi Ducati saat ini," terang Meregalli, dikutip dari laman Tuttomotoriweb.
"Memang benar tidak ada perubahan yang signifikan pada sesi uji coba kali ini, namun kami percaya M1 bisa memberikan yang terbaik (bagi Quartararo)," tambahnya menjelaskan.
M1 memang kalah jauh dari Desmosedici Ducati soal speed. Namun untuk cornering, motor Yamaha adalah juaranya.
Lebih lanjut, Meregalli justru mengkhawatirkan performa Aleix Espargaro.
"Apa yang dilakukan Aleix Espargaro dadalah pekerjaan yang hebat. Konsistensi menjadi kunci utama dalam sebuah kejuaraan dunia, dan dia memiliki itu," puji petinggi Yamaha tersebut.
RS-GP milik Aprilia memang mengalami pengembangan motor yang signifikan untuk musim ini.
Keseimbangan dalam sisi speed dan cornering membuat Aleix Espargaro dan Vinales tak bisa dipandang sebelah mata untuk MotoGP 2022.
(Tribunnews.com/Giri)