TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Anda penggemar permainan layang-layang?
Ada lomba layangan yang digelar serentak di Tiga Kota, yakni Jakarta, Malang dan Madiun Jawa Timur.
Turnamen layangan itu digelar dalam rangka memeriahkan HUT Bhayangkara Ke-76.
Turnamen bertajuk ‘Uji Nyali Joksyn’ tersebut rencananya diadakan dalam waktu yang bersamaan pada 2-3 Juli mendatang atau sehari usai hari jadi Polri.
Adapun turnamen itu dinisiasi Joksyn dan PT Agung Intiland untuk menjalin silaturahmi antarpelayang Indonesia.
“Kalau tujuannya silaturahmi, lain-lain, termasuk juara atau hadiah ya nomor kesekian,” terang Owner Joksyn Moch Sjah Nur Hidajat, Kamis (9/6/2022).
Dia meyakini, turnamen yang dilandasi ambisi, mengejar gengsi atau untuk kepentingan sesaat tidak akan bertahan lama.
“Khawatir endingnya malah nggak bagus, nggak perlu nafsu, Joksyn percaya ribuan mil selalu diawali satu langkah pertama,” ucapnya.
Selain untuk mempererat tali silaturahmi, Joksyn dan Agung Intiland ingin menjadi bagian dalam pelestarian permainan layang-layang yang notabene adalah permainan tradisional asli Indonesia.
Lebih dari itu, pihaknya juga bermaksud menjaring bibit atlet layangan yang kini telah mendunia.
Sementara itu, panitia penyelenggara turnamen di tiga kota diserahkan pada pelayang setempat.
“Tidak ada monopoli, tidak ada setting menseting. Kita junjung sportifitas, belajar fairplay dan transparan, bantu kami untuk mewujudkannya,” kata Ketua Umum Laskar Ngawi ini.
Menariknya, seluruh peserta yang berlaga di turnamen layangan aduan 3 kota semuanya akan mendapatkan makan siang gratis dari penyelenggara.
Pendaftaran untuk 64 peserta di masing-masing kota akan dibuka mulai 7 Juni dan akan ditutup sepekan jelang pertandingan. Menerapkan sistem free style Tanpa Kotak, Uji Nyali Joksyn akan memperebutkan Thropy, Piagam Penghargaan dan total uang tunai puluhan juta rupiah.
Gelaran ini sepenuhnya mendapatkan dukungan dari PT Agung Intiland Jakarta, Organisasi Sosial Laskar Ngawi, Yayasan Panggung Rawa Bambon, Komunitas Pelayang Malang (PALMA), Komunitas PLASMA Madiun dan Paranormal Mbah Mijan.
“Mari kita semangati turnamen ini dengan niat yang tulus, Insya Allah akan muncul bibit-bibit atlet layangan Indonesia yang benar-benar berprestasi dan berdedikasi tinggi,” kata Sjah Nur.
Seperti diketahui, musim kemarau nyaris tiba. Ini pertanda baik bagi permainan tradisional layang-layang di Indonesia. Pasalnya layangan bukan lagi monopoli anak-anak, tapi telah ‘meracuni’ kaum milenial tanpa mengenal sosialita.
Diberbagai pelosok kota, layang-layang sudah menjadi bagian dari gaya hidup. Untuk menyalurkan hobi sekaligus ajang berolahraga. Atlet pelayang pun tumbuh subur dan semakin menjamur.