Namun suhu udara sangat dingin dan terasa menusuk tulang. Putri dan Agi berjalan perlahan melewati Denali Pass yang terkenal berbahaya. Di jalur ini tenaga pedaki amat terkuras dan jurang yang dalam mengintai di kedua sisi. Kemudian melajutkan pendakian hingga di sisi Archdeacons Tower.
Dari sini, lamat-lamat puncak tertinggi di benua Amerika itu terlihat. Selanjutnya masih ditantang dengan mendaki lereng yang berhias jurang amat dalam di sisi kanan. Putri dan Agi terikat satu sama lain menggunakan teknik running belay.
Pendakian ke puncak melalui punggungan bersalju itu merupakan babak terakhir dengan jalur yang cukup panjang. Cukup menguras tenaga, ditambah lagi kondisi fisik yang drop akibat berhari-hari dicengkeram oleh suhu dingin.
Kaki sudah melangkah sangat jauh sampai di bumi Alaska yang buas. Perlahan dan perlahan menjejak salju dengan sudut elevasi yang lumayan.
Hingga kemudian tiba di ujung punggung dan tidak ada lagi elevasi.
Rasa Capek, dingin, nafas yang terengah-engah seakan hilang terbayar oleh pencapaian tertinggi tersebut.
Bangga, haru, dan hanya ucapan puji syukur kepada Tuhan melintasi Putri dan Agi, setelah melalui proses latihan dan perjalanan panjang.
Namun angin menerpa keduanya dengan amat kencang. Mustahil berlama-lama di puncak yang bisa mengakibatkan risiko fatal. Setelah mengabadikan momentum tersebut, keduanya segera kembali ke Camp 5.
Putri Handayani sbebelumnya telah melakukan pendakian gunung Kilimanjaro, Tanzania, Afrika berketinggian 5.895 mdpl pada 2016. Masih di tahun 2016 lanjut ke Tanah Air dengan menaklukkan gunung Cartenz Pyramid, Papua (4.884 mdpl).
Pada Juli 2017 giliran Mt. Elbrus di Rusia dengan ketinggian 5.642 mdpl oleh peraih gelar sarjana Teknik Sipil Universitas Indonesia dan MBA dari Universitas Pittsburgh, Pennsylvania Amerika ini.
Selanjutnya Februari 2018, Putri menaklukkan gunung Aconcagua di Argentina yang memiliki ketinggian 6.962 mdpl.
Misi berikutnya ada Vinson Massif (4.892 mdpl) sekalian penjelajahan kutub selatan, lalu Mt. Everest (8.848 mdpl) serta kutub utara guna meraih “gelar” the Explorer’s Grand Slam. Gelar pertama yang bakal dipersembahkan bagi Indonesia.
Sementara Fandhi Achmad yang juga lulusan niversias Indonesia adalah pendaki, pemandu gunung, pemanjat tebing, dan pelari gunung Indonesia. Pemandu petualangan profesional ini serba bisa. Dalam kurun waktu 17 tahun terakhir, ia mencapai puncak Cartensz Pyramid di Papua lebih dari 20 kali.
Dalam pendakian seven summits, ia telah menyelesaikan tiga gunung. Bahkan Gunung Elbrus tidak hanya dijajakinya dengan cara mendaki seperti biasa, tapi juga dengan mengikuti dan memenangkan lomba lari ultra (juara 3), Elbrus Race, di gunung tertinggi di Rusia itu.
Pendakian Denali Putri Handayani dan Fandhi Achmad selain mengharumkan nama Indonesia di dunia pendakian, juga ingin membuktikan bahwa perempuan Indonesia bisa mencapai puncak dunia, dalam pekerjaan dan pendakian, baik dengan bantuan pihak lain maupun atas usaha sendiri. (*/ewa)