"Saya minta maaf kalau keputusan saya mengecewakan semua pencinta bulu tangkis Indonesia. Saya juga berterima kasih atas dukungan seluruh masyarakat selama ini," kata Tony dilansir Harian Kompas yang dikutip Kompas.com.
"Tahun depan usia saya juga sudah 27 tahun dan kalau keinginan sekolah ditunda nanti semuanya akan terlambat. Saya sudah bicara ke orang tua dan mereka juga mengerti dan sadar pendidikan itu penting."
Hijrah ke Amerika Serikat
Resmi mundur dari Pelatnas, ia melanjutkan pendidikannya di bidang pendidikan teknik komputer di Devry University, Pamona, California.
Di Negeri Paman Sam, Tony tak bisa jauh dari bulu tangkis.
Bahkan pada 2002 Asosiasi Bulu Tangkis Amerika Serikat (USAB) berminat untuk melamar Tony menjadi atlet Amerika Serikat (AS).
Keinginan itu diungkapkan oleh Sulistiyanto selalu Direktur Hubungan Luar Negeri PB PBSI.
"Presiden USAB Don Chew telah menulis surat kepada Pak Chairul (Chairul Tanjung, Ketua Umum PB PBSI), yang isinya meminta izin agar Tony bisa bermain atas nama AS," kata Sulistiyanto mengutip Harian Kompas edisi 2 April 2002.
Negosiasi Tony dan USAB berjalan lancar, dia akhirnya menjadi pemain dan atlet bulu tangkis AS.
Beragam prestasi di torehkan oleh Tony.
Sampai ada prestasi yang cukup fenomenal ketika dia dipasangkan dengan Howard Bach di tahun 2005 silam.
Uniknya, Tony/Bach mampu mengalahkan wakil Indonesia, Candra Wijaya/Sigit Budiarto.
(Tribunnews.com/Niken) (Kompas.com/Luqman Sulistiyawan)