"Maksud saya menyampaikan perbandingan ini semata-mata agar pemahaman terkait dengan ketidakadilan berdasarkan fakta yang sebenarnya," papar mantan Ketua Harian PP PTMSI ini.
Hanif menambahkan, harusnya PB.PRSI sebagai pembina dan pengayom cabor Aquatic harus berlaku adil kepada atlet mengingat seorang atlet sudah berjuang membawa nama baik Indonesia.
"Dengan adanya permasalahan ini tidak salah apabila kami sebagai orang tua mempertanyakan dan menagih janji PB.PRSI untuk mendiskusikanya dana bea siswa terbebut. Sedih, kecewa dan marah rasanya atas perlakuan tidak adil ini, kemana hati nurani para Pengurus di PB.PRSI dalam memperlakukan anak kami yang turut bertanggung jawab sebagai penerima bea siswa dari FINA tersebut," tuturnya.
Terkait dengan pernyataan PB PRSI bahwa dirinya telah melakukan tuduhan yang keji, yaitu menyelewengkan dana, Hanif menegaskan tidak benar dan ini jelas mengada-ada.
"Tidak ada pernyataan tersebut dan itu merupakan fitnah, PB PRSI bukankah organisasi publik yang seharusnya siap ditanya dan dikritik dan jika ada masyarakat yang menyampaikan pertanyaan dan kritikan seharusnya bisa memberikan penjelasan dengan transparan, buktikan dengan data bahwa apa yang ditanyakan atau dikritik adalah tidak benar sehingga masyarakat yang bertanya memahami dan mengerti dan tidak timbul persepsi yang salah," paparnya.
Berdasarkan kebijakan FINA bahwa terdapat persyaratan untuk dapat turun dalam olimpiade minimal mengikuti satu kejuaraan yang telah ditetapkan IOC dan FINA (jika tidak ikut otomatis gugur tidak bisa ikut Olimpiade).
Kejuaraan dunia di Gwangju Korea Selatan tanggal 21-28 Juli 2019 adalah kejuaraan terakhir yang syaratkan dan PB PRSI mengirim 4 (empat) pelatih, 5 (lima) atlet Putra dan 3 (tiga) atlet Putri. Kejuaraan dunia tersebut adalah sarana agar seluruh atlet termasuk Azzahra Permatahani berkesempatan untuk bisa ikut Olimpiade.
Menurut Hanif Rusjdi, Jika hal tesebut menjadi alasan pemanfaatan dana bea siswa dari FINA untuk membiayai Azzahra, maka akan timbul pertanyaan bagaimana dengan atlet yang lain?
"Mengapa harus Azzahra Permatahani yang memiliki ranking tertinggi FINA yang dibiayai dari dana bea siswa dari FINA? Bukankah sudah ada anggaran dari Kemenpora? Bukankah wajar ini menimbulkan pertanyaan?" Tandasnya.
"Sangat mudah untuk memperhitungkannya biaya dari kejuaraan-kejuaraan tersebut dan anggaran atau dana dari mana yang digunakan, kemudian di tahun 2019 juga kebutuhan peralatan apa yang sudah disediakan PB PRSI dalam kaitannya peruntukan atlet Azzahra Permatahani dan menggunakan anggaran atau dana dari mana, dan lai-lain," urai Hanif Rusjdi.
Berikut Kejuaraan-kejuaraan yang diikuti Azzahra Permatahani dan Pelatih Asing Timnas selama 2019:
1. 50th SNAG di Singapore - 19-24 Maret 2019, Tim Pelatnas
2. Kejurnas 25-28 April 2019, pengirim Daerah/Provinsi
3. 43rd Sea Age Group Championship di Kamboja 28-30 Juni 2019,
4. Tim Pelatnas
5. 18th FINA World Championship 21-28 Juli 2019 di Seoul-Korea Selatan, Tim Pelatnas
6. FINA World Junior Championship 20-25 Agustus 2019 di Budapest-Hungary, Tim Pelatnas
7. Jakarta Open Swimming Championship 25-29 September 2019, pengirim Klub
8. Training Camp, 17-30 Okotber 2019 di Kunming China, Tim Pelatnas.