Dzaki menjelaskan, faktor kemampuan beradaptasi memiliki peranan penting dalam menaklukkan Trans AM Bike Race. Ia mengatakan, di awal race fisiknya sempat agak syok lantaran iklim yang tidak bersahabat.
Suhu udara sangat dingin, bahkan di beberapa negara bagian pada malam hari suhu bisa anjlok di bawah 12 derajat celcius. Meski begitu ia berusaha konsisten dengan target menyelesaikan sekitar 250 kilometer per harinya.
“Yang tadinya target 250-300 kilometer perhari, badan makin adaptasi dan makin enak ritmenya. Sehingga bisa naik terus targetnya, enggak sengaja. Maka posisinya yang tadinya di 20 bisa maju ke 14, lalu maju ke 11, kemudian masuk 10 besar, sampai akhirnya bisa finish di posisi kelima,” tutur Dzaki.
Kemampuan fisik untuk beradaptasi ini menurut Dzaki tidak terlepas dari pasokan produk herbal yang ia konsumsi selama jalannya Race.
Dua produk Deltomed, yaitu Antangin dan Herbamojo, menjadi andalannya untuk menjaga stamina, mempercepat pemulihan tubuh, hingga mengatasi perut kembung dan masuk angin. Selain itu dukungan dari masyarakat Indonesia yang ditemuinya selama perjalanan juga turut membangkitkan motivasi Dzaki.
Ia pun memberikan pesan kepada para pesepeda Indonesia tak ragu dan berani berkompetisi di ajang balap sepeda dunia lainnya.
“Untuk bisa berprestasi di ajang seperti ini, kuncinya adalah latihan lebih giat lagi. Setelah melihat feel-nya di Trans AM Bike Race ini, dengan latihan yang fokus dan matang ditambah pengalaman, saya rasa kita bisa bersaing dengan mereka,” kata Dzaki yang kedepannya juga berencana akan mengikuti ajang The Transcontinental Race, melintasi Benua Eropa.