Ketidakmampuan wakil Indonesia menyumbangkan medali emas dalam tiga edisi terakhir ajang Kejuaraan Dunia BWF jelas menjadi evaluasi bagi PBSI.
PBSI selaku induk organisasi bulu tangkis Indonesia harus segera berbenah agar prestasi atlet-atletnya lebih baik kedepannya.
Apalagi kekeringan prestasi bulu tangkis Indonesia ini terjadi pada era kepemimpinan Firman Agung Sampurna.
Sejak menjabat sebagai Ketua Umum PBSI pada tahun 2020 silam, era kepemimpinan Firman Agung Sampurna seakan seret prestasi di Kejuaraan Dunia BWF.
Pada tahun 2021, keputusan mendadak untuk tidak ikut Kejuaraan Dunia BWF lantaran pandemi Covid sempat dipertanyakan.
Hal ini mengingat para punggawa Indonesia sudah siap tempur untuk bisa meraih prestasi terbaik di Spanyol pada tahun tersebut.
Hanya saja keputusan mundur lantaran takut karena Virus Omicron yang sedang merebak membuat Indonesia gagal mendulang prestasi.
Setahun berselang, Indonesia hanya mampu mendulang medali perak dan perunggu saja.
Medali perak disumbangkan oleh Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan dari sektor ganda putra.
Sementara, medali perunggu diraih Fajar Alfian/Rian Ardianto juga dari nomor ganda putra.
Dan pada tahun ini, raihan satu medali perak harus puas didapatkan Indonesia lewat Apriyani/Fadia dari nomor ganda putri.
Seretnya prestasi Indonesia dalam mendulang emas di ajang sekelas Kejuaraan Dunia BWF jelas menjadi hal yang patut dievaluasi bersama-sama.
Terutama bagi PBSI era Firman Agung Sampurna yang berlangsung tanpa kepingan medali emas di Kejuaraan Dunia.
PBSI harus segera berbenah mengingat tahun depan sudah ada agenda Olimpiade Paris dimana persaingan untuk lolos babak kualifikasi makin ketat saat ini.
(Tribunnews.com/Dwi Setiawan)