TRIBUNNEWS.COM - Kebijakan politik Ducati mengacu kepada Andrea Dovizioso yang kalah tiga musim beruntun melawan Marc Marquez, justru merepotkan Francesco 'Pecco' Bagnaia.
Embel-embel Ducati Cup mulai melekat kepada kejuaraan dunia MotoGP, setidaknya dalam dua musim terakhir.
Persaingan gelar juara dunia MotoGP lebih condong kepada pembalap yang memperkuat Ducati, entah itu rider pabrikan maupun satelit.
Namun di balik supremasi Ducati 'mendikte' jalur perburuan titel kampiun, ada kebijakan politik pabrikan Borgo Panigale yang perlahan menyulitkan Pecco Bagnaia.
Baca juga: Dokter Gigi Jawab Isu Suksesor Marc Marquez, Balapan MotoGP Mandalika Ikut Disebut
Ducati belajar dari pengalaman Andrea Dovizioso ketika berturut-turut jadi runner-up MotoGP pada musim 2017-2019.
Kala itu, cuma Andrea Dovizioso yang bisa kompetitif dengan motor Ducati Desmosedici.
Pimpinan proyek Ducati MotoGP, Gigi Dall'Igna enggan melihat timnya jadi seperti Honda dengan Marc Marquez.
Politik kebijakan Ducati pun berubah, semua pembalap pengendara Desmosedici saat ini super kompetitif.
Puncaknya, Pecco Bagnaia keluar sebagai juara dunia pembalap pada MotoGP 2022. Namun kebijakan Ducati ini justru mempersulit seorang Pecco Bagnaia.
Ya, kini ia justru harus menghadapi fakta, semua rivalnya untuk jadi juara dunia MotoGP 2024 adalah pengendara Desmosedici. Dari Marco Bezzecchi sampai paling menakutkan Jorge Martin.
Jorge Martin bahkan sangat merepotkan hidup seorang Pecco Bagnaia dalam persaingan menjadi juara dunia MotoGP 2023.
Pada MotoGP Mandalika akhir pekan lalu, Martin sempat mengkudeta posisi puncak klasemen, sebelum akhirnya kembali di ambil alih oleh Bagnaia.
Rekan setim Martin di Pramac, Johann Zarco pernah mengatakan, pembalap asal Spanyol itu telah mempelajari fase pengereman Bagnaia dengan motor Desmosedici sehingga punya kecepatan menikung yang luar biasa.
Langkah di atas dipermudah karena Ducati membuka akses data telemetri semua pembalap.