Setelah unggul pada jeda, performa Ginting makin sulit dihentikan Axelsen.
Hal itu dibuktikan dengan rentetan poin beruntun yang didapatkan Ginting melawan Axelsen.
Hingga pada akhirnya, ketenangan dan agresifitas yang ditunjukkan Ginting pada interval kedua membuatnya unggul jauh.
Ginting akhirnya bisa menutup gim pertama dengan keunggulan 21-16 atas Axelsen.
Keunggulan gim pertama secara tidak langsung seharusnya membuat Ginting lebih percaya diri untuk menghadapi gim kedua.
Hanya saja kondisinya malah berbalik, ditambah dalam waktu bersamaan ada laga hidup mati antara Kodai Naraoka dan Shi Yuqi yang tengah berlangsung.
Performa Ginting pada gim kedua malah serasa antiklimaks, lantaran dirinya gantian yang tertinggal jauh dari Axelsen.
Pada awal pertandingan, Ginting sampai ketinggalan lima poin dari Axelsen.
Pada interval pertama gim kedua, Ginting hanya diberi dua poin saja, skor 2-11 untuk keunggulan Axelsen.
Situasi makin rumit lantaran dalam laga lainnya Shi Yuqi berhasil memaksakan rubber game melawan Kodai Naraoka.
Axelsen akhirnya makin panas performanya dan bisa mengamankan set kedua dengan kemenangan telak.
Tunggal putra terbaik dunia itu sukses mengalahkan Ginting dengan skor telak pada gim kedua dengan skor 7-21.
Pada set penentuan, Ginting mencoba menjaga ritme, bermain lebih agresif untuk bisa mengimbangi permainan Axelsen.
Hanya saja berbagai aksi luar biasa Axelsen beberapa kali membuat Ginting tertunduk lesu karena kehilangan poin pada momen krusial.