Harga tersebut naik jika dibandingkan dengan harga Indonesia Open edisi tahun 2023 lalu.
Tahun 2023 lalu, harga tiket Indonesia Open paling murah Rp125.000 lewat presale.
Dan untuk harga tiket paling mahal hanya Rp2.000.000 untuk kelas VIP normal.
Jika dibandingkan dengan turnamen super 1000 lainnya seperti All England, harganya justru lebih murah.
All England 2024 bulan Maret lalu termurah 8,50 pounds atau sekira Rp177.000 saja untuk dewasa (kurs saat ini).
Sedangkan untuk harga anak-anak hanya 5,50 pounds atau sekira Rp115.000 mengutip allenglandbadminton.
Sebab harga tiket yang cenderung mahal dan berbeda-beda tiap babaknya, diprediksi jadi penyebab penonton sepi.
Ancaman Nirgelar
Faktor sepinya penonton tampaknya juga bukan hanya karena tiket yang mahal. Namun juga soal prestasi wakil Indonesia.
Di mana jika melihat kiprah wakil Indonesia masih cenderung inkonsisten sejak tahun 2023 lalu.
Ini yang membuat ancaman nirgelar mulai membayangi utusan Merah-Putih yang berlaga di Istora.
Bahkan terhitung sejak tahun 2022 lalu, Indonesia sudah paceklik juara.
Terakhir kali Indonesia juara di kandang sendiri yaitu lewat Marcus Gideon/Kevin Sanjaya edisi tahun 2021.
Dalam dua edisi beruntun, Indonesia tak mampu merebut gelar juara di markasnya sendiri.
Pada edisi 2024 ini, jajaran wakil andalan sudah pulang lebih cepat.
Seperti Fajar/Rian, Ginting, hingga Jojo yang tersisih di babak pertama.
Kemudian Apriyani Rahayu/Siti Fadia terjungkal di babak kedua.
Lalu Gregoria Mariska nyusul terpongkeng pada babak perempat final.
Kini wajah badminton Indonesia hanya bergantung pada Sabar Karyaman/Reza Pahlevi.
Jelas sebuah tren minor bagi wakil Indonesia maupun event Indonesia Open 2024.
(Tribunnews.com/Niken)