Ketenangannya ketika mengatasi Akane dan Gregoria dipancarkan oleh An Se-young hingga akhirnya sukses melesat ke final.
Di final, tanpa ampun An Se-young langsung 'ngegas' sejak awal dan sukses menumbangkan He Bingjiao (China).
Hasil manis akhirnya didapat An Se-young meskipun masih dengan kondisi cederanya yang kurang mengenakkan.
Cerita yang sama hadir dari Viktor Axelsen yang justru ragu dirinya bisa kembali naik podium tertinggi seperti edisi Tokyo 2020.
Kompatriot Anders Antonsen itu bahkan tak yakin dirinya bisa tampil konstan di Paris 2024 saat masih mencoba main di BWF World Tour.
Adapun penyebab Axelsen ragu dan pesimis karena cedera kaki dan masalah di pinggangnya jadi hambatan.
Dia juga menceritakan bahwa persiapan jelang di Paris 2024 beda dengan Tokyo 2020 ketika akhirnya dia mendapat medali emas.
Akan tetapi ketika berjuang di Olimpiade Paris 2024, Axelsen menunjukkan mode sangarnya hingga berhasil menorehkan hasil-hasil mengesankan.
Kendati diwarnai masalah dengan kakinya, dia mampu membungkam perlawanan alot dari Lakshya Sen (India) di semifinal.
Kemudian yang paling epik dari perjuangan Axelsen adalah mampu memutus dominasi ciamik Kunlavut Vitidsarn (Thailand) di final.
Pengalaman serta kecerdikan Axelsen ketika meladeni Kunlavut ditunjukkan saat berebut medali emas di Paris 2024.
Dia tidak pernah memberikan kesempatan kepada Kunlavut untuk mendikte jalannya laga dengan reli-reli.
Axelsen dengan sabar danĀ defenseĀ yang solid lalu diiringi kecepatan menyerang jadi senjata yang efektif untuk merebut poin demi poin.
Sempurna dalam memilih taktik saat bermain, Axelsen didapuk sebagai pemain kelas master oleh BWF.