News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Akademisi Beri Saran Buat PON NTB/NTT 2028: Cabang Lomba Jangan Berlebih, Kemenpora Pegang Kendali 

Editor: Hasiolan Eko P Gultom
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Warga padati lokasi acara penutupan Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI Aceh-Sumut 2024, di Stadion Utama Sumatra Utara, Deliserdang, Jumat (20/9/2024). Pada PON XXI Aceh-Sumut 2024, juara umum di raih Jawa Barat, di posisi kedua DKI Jakarta, di posisi ke tiga Jawa Timur dan posisi ke empat Sumatra Utara.

Akademisi Beri Saran Buat PON NTB/NTT 2028: Cabang Lomba Jangan Dilebihkan, Kemenpora Pegang Kendali 

TRIBUNNEWS.COM - Profesor dari Universitas Negeri Semarang (Unnes), Prof Tandiyo berharap agar pergelaran Pekan Olahraga Nasional (PON) dikendalikan oleh pemerintah pusat khususnya Kementerian Olahraga (Kemenpora).

Hal itu, kata dia, merupakan satu di antara evaluasi dari penyelenggaraan PON XXI di Aceh Sumatera Utara. 

“Apabila PON berikutnya ada di Nusa Tenggara Barat (NTB)/Nusa Tenggara Timur (NTT), ada sisi positifnya karena mereka (penyelenggara) bisa belajar untuk menyelenggarakan multievent sebesar ini. Pemerintah pusat tidak boleh lepas, karena menurut saya ada sisi positif, artinya SDM olahraga NTB dan NTT memiliki kesempatan yang besar untuk belajar. Namun, kendali sepenuhnya adalah dari Kemenpora,” ucap Prof Tandiyo, dikutip Rabu (2/10/2024). 

Menurut Tandiyo, KONI memang yang memiliki kewenangan dan tanggung jawab, namun, sumber pendanaan terbesar berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Nasional (APBN).  

“Oke itu KONI, tetapi tetap uangnya dari Kemenpora RI. Artinya, Kemenpora harus memegang kendali utama dan persiapannya tidak bisa kurang tiga bulan baru heboh. PON itu butuh waktu yang sangat panjang, untuk persiapan SDM,” kataya. 

PON harus menjadi ajang pembinaan atlet nasional dengan target Olimpiade. Sehingga, ada kesinambungan antara pembinaan di PON dengan event olahraga Internasional. 

Dia mengkritik cabang olahraga (Cabor) yang digelar di PON XXI lalu terlalu banyak. Banyak cabor yang tidak dipertandingkan di Olimpiade tapi dipertandingkan pada PON. 

“Untuk cabor yang diperlombakan juga terlalu berlebih-lebihan dan super-berlebihan. Lebih banyak cabang non-olympic daripada cabang Olympic itu sendiri. Sehingga PON sebagai mata rantai untuk ke Olympic jadi kurang pas,” katanya.

Dia memberi saran, untuk cabor di luar Olimpiade, pemerintah mencari waktu khusus untuk perlombaan tingkat nasional.  Sehingga, PON dikhususkan untuk cabor yang dipertandingkan pada Olimpiade.

“Saya pribadi selalu mengemukakan bahwa PON itu (yang dilombakan) cabor Olympic saja dan memang harus begitu. Cabor lain ya dipikirkan momentum lainnya. Jaraknya yang diatur, Olympic ini dibikin serius dan fasilitasnya keren. Kemudian cabor yang non-Olympic, dibuatkan (event lain) semacam PON,” kataya.

Soal waktu penyelenggaraan, kata dia, sudah tepat digelar selama empat tahun sekali.

Dia juga menilai kalau tak ada masalah jika PON digelar pada tahun yang sama dengan Olimpiade.

“Untuk penyelenggaraan yang siklus 4 tahunan sudah pas, jangan bertambah dan jangan dikurangi. Balik lagi, tahunnya bersamaan dengan Olympic tidak apa-apa kalau PON itu sebagai mata rantai. Tahun ini PON, juara PON untuk sampai ke Olympic perlu proses yang artinya mereka yang juara PON belum berarti langsung ke Olympic,” ujarnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini