Namun kembali kepada pengalaman Dinan, hampir tak kuasa menahan rindu dengan keluarga di rumah, keluarga tetap memberikan kontribusi penting apakah pemain yang bersangkutan bisa bermain di luar negeri atau tidak.
Ilham Udin misalnya, mengaku akan meminta pertimbangan ibu dan pamannya sebelum memutuskan menerima tawaran bermain di luar negeri atau tidak. "Kalau ibu dan paman bilang tidak, saya tidak akan berangkat," tutur Ilham yang mengaku belum fasih berbahasa Inggris.
Di satu sisi, ada juga orang tua yang secara rela melepas buah hatinya untuk mengadu nasib di negeri orang. Ana, ibu dari Evan Dimas, satu di anataranya. Meski berat, Ana mengaku rela melepas Evan ke luar negeri demi perkembangan karier putra sulungnya itu.
"Tergantung Evan. Kalau Evan mau ke luar negeri, mengapa harus tidak rela, itu semua demi karier Evan yang sejak kecil dia sukai. Sebagai orang tua sebenarnya saya berat, tapi mau bagaimana lagi. Kalau Evan mendapat kesempatan bermain di luar negeri masak ditolak," tutur Ana, kepada Tribun.
Pandangan berbeda dikemukakan pelatih tim nasional U-19, Indra Sjafri. Dia menilai kesuksesan para pemain bermain di luar negeri sangat ditentukan klub mereka karena belum tentu bermain di luar negeri akan bagus. Indra juga mempertimbangkan para pemain ini masih muda dan masih membutuhkan intensitas kasih sayang dari orang tua.
"Pemain-pemain di tim ini belum pantas bermain di luar negeri. Belakangan ini memang banyak pemandu bakat klub-klub luar negeri yang meminta mereka. Kalau menurut saya pemain-pemain lebih baik bermain di dalam negeri agar sepak bola dan sekolah mereka terasah dan terus mendapatkan kasih sayang dari orang tua," jelas Indra.