Laporan Wartawan Harian Super Ball, Syahrul Munir
TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA - Lebih dari dua klub papan atas yang bertarung di kompetisi Indonesia Super League (ISL) musim 2014 berebutan untuk menarik mantan pelatih kiper Tim Nasional Indonesia U-19 Jarot Supriadi sebagai pelatih klubnya.
Beragam jurus dilakukan manajemen klub papan atas untuk menaklukan mantan pelatih kiper tim Garuda Jaya agar mau bergabung. Bukan hanya sekedar ajakan bergabung melalui via telepon. Akan tetapi janji fasilitas berlebih pernah ditawari mantan pelatih kiper Persipura Jayapura itu.
"Sudah banyak yang meminta saya untuk bergabung ke klubnya. Bukan hanya itu, kemarin ada juga pengurus klub yang mau menjemput saya di bandara waktu pulang dari Myanmar dan meminta tandatangani kontrak kerja," ujar Jarot Supriadi kepada Harian Super Ball.
Jarot melanjutkan banjir tawaran dari klub itu seluruhnya belum bisa direspon lantaran status dirinya masih terikat kontrak dengan PSSI sebagai pelatih kiper timnas U-19. "Kalau sekarang saya sudah bebas memilih klub karena secara lisan kontrak dengan timnas sudah berakhir," ujarnya.
Meski sudah bebas menentukan sikap klub mana yang dipilih sebagai perahu di kompetisi musim 2015, Jarot mengatakan pihaknya tidak ingin mengecewakan pengurus klub yang telah membuka komunikasi sejak awal.
Namun, Jarot mengunci rapat klub mana saja yang menjadi 'prioritas' dipilih. Keputusan tidak ingin membocorkan klub mana saja yang telah menjalin komunikasi itu karena ingin menjaga suasana kondusif klug yang sedang konsentrasi memasuki partai semifinal ISL musim 2014.
"Bagaimana pun saya menghargai mereka yang sudah membuka komunikasi dari awal. Saya tunggu saja siapa yang cepat dari mereka mengajak dan itu yang akan saya tanggapi positif," ujarnya.
Seperti diketahui empat tim sedang mengadu nasib untuk memerebutkan tiket final ISL musim 2014. Empat tim itu adalah Arema Cronus Indonesia, Persipura Jayapura, Pelita Bandung Raya (PBR) dan terakhir Persib Bandung.
Mantan pelatih kiper Tim Nasional Indonesia U-19 Jarot Supriadi mengatakan pihaknya saat ini sedang menikmati masa istirahat setelah mendapatkan kepastian dari Badan Tim Nasional (BTN) terkait pemutusan kontrak kerja dengan Tim Nasional Indonesia U-19.
Baginya keputusan pemutusan kontrak lebih cepat dari durasi yang berakhir Tahun 2015 ini sesuatu yang biasa. Sebagai pekerja profesional, pemutusan hubungan kerja di luar kontrak karena dianggap gagal meraih target itu hal yang wajar dihadapi.
"Pemutusan kontrak lebih cepat ini biasa. Hanya saya berharap BTN segera mengeluarkan bukti tertulis pemutusan kontrak ini agar kami leluasa bergerak," ujarnya.