TRIBUNNEWS.COM - Kemenangan atas timnas Latvia tidak bisa ditawar-tawar lagi oleh timnas Belanda. Demi mewujudkan hal tersebut, pelatih Guus Hiddink sampai berencana menduetkan Robin van Persie dan Klaas Jan Huntelaar di lini depan.
“Saya sungguh menantikan kesempatan ini. Mereka (Latvia, red) akan bermain bertahan. Dengan dua penyerang, dua pemain sayap, dan gelandang-gelandang serang, kami bisa menghadirkan tekanan bagi mereka,” ujar Robin van Persie seperti dilansir De Telegraaf.
Padahal tiga pelatih Belanda terdahulu seperti Marco van Basten, Bert van Marwijk, dan Louis van Gaal seperti memiliki formasi yang membuat mereka harus memilih di antara Robin van Persie dan Klaas Jan Huntelaar.
RvP sendiri mengaku bisa memahami hal tersebut, karena saat menghadapi timnas Bulgaria pada 2006, Van Basten terpaksa menempatkan dirinya sebagai ujung tombak karena keterbatasan pemain. Padahal ketika itu RvP masih berperan sebagai pemain bernomor punggung 10.
Pemain Manchester United tersebut masih ingat kritik yang dia terima selepas laga tersebut. Menurut RvP, ketika itu dia dianggap banyak kehilangan penguasaan bola. Kritik tersebut sempat membuat RvP enggan kembali menjadi ujung tombak.
Namun demikian, rasa enggan itu bertolak belakang dengan situasi di Arsenal, klubnya saat itu. Kepergian Emmanuel Adebayor memaksa Robin van Persie menjadi ujung tombak skuat asuhan Arsene Wenger.
“Van Marwijk cenderung mirip dengan Van Gaal. Mereka menerapkan sistem yang membuat tidak ada tempat bagi Klaas dan saya. Sewaktu Piala Dunia, Van Gaal memilih saya dan (Arjen, red) Robben. Namun demikian, ketika melawan Latvia, menduetkan saya dengan Klaas sepertinya ide yang bagus,” papar pencetak 48 gol untuk De Oranje.
Sempat muncul percikan konflik di antara RvP dengan Huntelaar ketika menghadapi Kazakhstan bulan lalu. Ketika itu Huntelaar marah karena RvP tidak memberikan bola kepada dia yang tidak terkawal di depan gawang.
Alih-alih mengumpan, RvP justru melepaskan tendangan dan malah tidak membuahkan gol. RvP sempat bereaksi terhadap kekesalan Huntelaar.
“Hal itu biasa terjadi di tengah tensi pertandingan yang sedang tinggi. Saya sering berhasil dan terkadang saya gagal. Ini tidak bagus, meski bisa saja terulang lagi. Namun demikian, saya harap tidak terjadi,” tutur mantan pemain Feyenoord itu.