TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Dewan Kehormatan PSSI Agum Gumelar menyebut turnamen Piala Kemerdekaan bentukan Tim Transisi keluar dari sistem olahraga sepak bola.
"Kalau ingin menyelenggarakan turnamen atau kompetisi, maka harus tahu bahwa kompetisi itu adalah suatu sistem. Sistem pembinaan prestasi secara berjenjang," kata Agum di Jakarta, Kamis malam.
Menurut mantan Ketua Umum PSSI itu, sebuah kompetisi sepak bola harus berjenjang untuk membina prestasi klub dan pemain.
"Kalau di Indonesia strata yang paling tinggi adalah ISL dalam kompetisi kita ini, di bawahnya ada Divisi Utama, ada Divisi Satu Dua dan Tiga. Untuk bisa berlaga di ISL, klub harus bisa juara Divisi Satu, Dua, Tiga dan Divisi Utama, lalu promosi ke ISL. Sebaliknya tiga terbawah ISL terdegradasi, itu sistem," kata mantan menteri koordinator bidang politik, sosial, dan keamanan ini.
Agum menilai, untuk menyelenggarakan kompetisi, para peserta tidak bisa diambil dengan cara mendaftar, melainkan harus berjalan di bawah statuta FIFA.
"Jadi ketika Pak Menpora menyelenggarakan kompetisi dan ditanya siapa pesertanya, pesertanya lihat siapa klub yang daftar, tidak bisa begitu. Kompetisi itu suatu sistem di bawah statuta FIFA," kata Agum.
Tim Transisi menyebutkan Piala Kemerdekaan bakal dimulai pada 24 Juli dengan operator penyelenggara Mahaka Sports and Entertainment, sedangkan final akan dilangsungkan pada tanggal 15 Agustus dengan diikuti penyerahan Piala Kemerdekaan pada 17 Agustus yang bertepatan dengan Hari Kemerdekaan RI.