News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Iber Cup U16

PSG Butuh Dua Tahun untuk Kumpulkan Pemain

Penulis: Syahrul Munir
Editor: Dewi Pratiwi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Arrebolle Jean Paul, Scotter dari Akademi Paris Saint-Germain (PSG), Prancis berpose bersama Danurwindo. (SUPER BALL/SYAHRUL MUNIR)

Laporan Wartawan Harian Super Ball, SYAHRUL MUNIR dari LISBON, PORTUGAL

TRIBUNNEWS.COM,LISBON - Sepak bola Indonesia bukan tidak mampu bersaing dengan negara maju sekelas Eropa. Buktinya, dua tim lawan yang bertemu wakil Indonesia, tim Legenda Football Academy Soccer School (Legenda FASS) Indonesia di Turnamen Iber Cup U-16 2015, Estoril, Portugal bersusah payah untuk meraih kemenangan.

Di laga kedua, wakil Indonesia mampu menguasai pertandingan dan menebar "teror" di lini belakang Mem Martins SC dari Portugal. Sayang, anak-anak asuh M Danurwindo itu kurang beruntung karena kalah tipis 1-0.

Tidak salah jika selama ini sepak bola Indonesia dibilang salah urus. Lihat saja, mayoritas peserta Iber Cup 2015 dari penjuru dunia ini telah melakukan persiapan matang.

Bukan hanya pemusatan latihan panjang, melainkan juga materi yang diturunkan adalah pemain terbaik hasil pantauan dari berbagai turnamen di negaranya.

Arrebolle Jean Paul, Scotter dari Akademi Paris Saint-Germain (PSG), Prancis, mengatakan tim U-13 yang dibawa ke Portugal ini hasil pencarian dirinya keliling ke seluruh kota Prancis.

"Hampir dua tahun saya keliling dari turnamen satu ke turnamen lainnya untuk mencari pemain berbakat. Dan itu yang sekarang saya bawa ke turnamen ini," ujar Arrebolle Jean Paul kepada Harian Super Ball usai bertemu di lokasi makan siang di Estoril, Kamis (1/7/2015).

Menurut Arrebolle, di turnamen ini pihaknya ingin melihat kemampuan anak-anak asuhnya di lapangan bertemu lawan dari berbagai negara.

"Turnamen ini memberikan pengalaman kepada pemain, terutama bertanding melawan tim negara lain," ujarnya.

Selesai Iber Cup 2015, tim PSG U-13 akan menjalani pendidikan di akademinya selama 2-5 tahun. Setelah itu baru mereka akan disalurkan ke klub profesional.

Saat ditanya bagaimana strategi membangun tim tangguh, Paul mengatakan jam terbang dan evaluasi hasil pertandingan menjadi kuncinya. Bukan menyoret pemain dari tim.

"Kita tidak memikirkan kalah atau menang di setiap pertandingan. Tapi bagaimana memperbaiki setiap kekurangan di pertandingan, sehingga menjadi lebih baik," ujarnya.

Bagaimana dengan Indonesia? Bukan rahasia umum lagi bahwa pembinaan di Indonesia dilakukan secara instan. Proses pembinaan yang ditempuh mengambil jalan pintas.

Naturalisasi pemain asing menjadi andalan untuk mendapatkan pemain bagus, bukan melalui pembinaan seperti yang banyak dilakukan negara maju.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini