Laporan Wartawan Tabloid Bola Sem Bagaskara
TRIBUNNEWS.COM, ITALIA - Bonadipendenza. Istilah itu digunakan untuk menyebut penyakit ketergantungan Milan kepada Giacomo Bonaventura.
Bonaventura tampil istimewa buat Milan musim ini. Pemain yang akrab disapa Jack itu telah mengontribusikan lima gol plus tujuh assist di Serie A 2015/16.
Ketika Bonaventura berhalangan tampil, Milan selalu gagal meraup poin sempurna. Tanpa Jack, Milan cuma bisa berbagi skor kacamata (0-0) dengan Atalanta dan bermain seri dengan Udinese (1-1).
Akan tetapi, sewaktu menjamu Udinese di San Siro akhir pekan silam, pelatih Milan, Sinisa Mihajlovic, menyebut anak asuhnya bermain bagus dan tak terlalu terkendala absensi Bonaventura.
"Kami tak punya keberuntungan pada musim ini di Serie A. Satu-satunya hasil imbang di mana sebenarnya kami layak kalah hanyalah pada laga versus Atalanta. Namun, di partai imbang kami yang lain, tim pantas mendapatkan hasil yang berbeda," kata Mihajlovic.
Miha tak keliru. Milan sudah mulai bisa mengatasi masalah ketergantungan kepada fantasi dan kreasi Bonaventura.
Buktinya, ketika melawan Udinese, Il Diavolo Rosso sanggup menciptakan sederet peluang bagus.
Walau begitu, duel kontra Udinese tetap saja memperlihatkan kekurangan Milan soal amunisi sayap murni. Jika Milan diibaratkan seekor burung, mustahil ia akan terbang jika tak memiliki sayap.
Saat melawan Udinese, Mihajlovic menggeber skema 4-4-2 dan mendaulat Juraj Kucka untuk mengisi pos Bonaventura sebagai sayap kiri.
Kucka, yang aslinya gelandang, kemudian cedera dan terpaksa digantikan Mario Balotelli pada jeda pertandingan.
Kembali ke 4-3-1-2
Masuknya Balotelli menjadikan M'Baye Niang, yang tadinya bertugas mendampingi Carlos Bacca di sektor depan, mundur sedikit ke belakang guna melakoni peran sebagai sayap kiri.
Meski sering ditugaskan sebagai sayap, berulang kali Niang berujar bahwa dirinya paling nyaman bermain di posisi striker.