"Kalau melihat respon dari Menpora dan Kelompok 85, kami optimis status kami dipulihkan kembali. Karena pembenahan sepakbola nasional menjadi keinginan bersama. Seluruh klub berhak untuk mengikuti kompetisi resmi. Kami tidak meminta banyak dari PSSI, hanya diakui sebagai anggota dan kembali berlaga di kompetisi resmi. Tidak masalah bagi kami jika memulai dari Divisi Utama," papar Dito.
Sayangnya keinginan Dito itu sepertinya belum bisa terealisasi dalam waktu dekat.
Karena PSSI sudah menetapkan penyelenggaraan Kongres Tahunan PSSI ditunda dari 1 Juni menjadi pada Agustus 2016.
"Kalau kemarin-kemarin semua pihak meminta Menpora segera mencabut sanksi. Setelah pencabutan sanksi dilakukan, seharusnya PSSI langsung melakukan tindakan nyata untuk mereformasi diri. KLB merupakan bagian dari reformasi di PSSI. Oleh karena itu, sebaiknya jangan ditunda-tunda seperti ini. Seharusnya PSSI memiliki semangat yang sama dengan para pelaku sepakbola untuk segera menyelesaikan konflik dan berbenah diri melalui KLB," tutur Dito.
Manajemen Persema Malang juga menyambut baik lima permintaan FIFA terkait langkah-langkah yang harus dijalami PSSI pasca pencabutan sanksi pada federasi sepak bola Indonesia tersebut.
Lima permintaan FIFA itu adalah pertama, PSSI diminta menyelesaikan masalah sengketa pemain, mereview hubungan dengan Asosiasi Pesepak Bola Profesional Indonesia (APPI) dan membuat standar kontrak pemain.
Kedua, PSSI diminta melakukan komunikasi dengan pemerintah untuk mewujudkan good governance. Ketiga, FIFA meminta PSSI untuk segera menyiapkan kompetisi profesional dan mengkaji ISL sebagai kompetisi resmi.