"Sepanjang musim ini mereka bermain sangat mengesankan. Mereka akan memberi warna yang lebih segar pada permainan Italia," ujarnya.
Conte mungkin ingin mengatakan bahwa Italia tidak lagi membutuhkan Pirlo karena sudah ada Marchisio dan Verratti yang lebih muda dan energik, selain -- tentu saja-- visi bermain yang sama sekali tak kalah. Namun rencana Conte berantakan. Marchisio dan Verrati sama-sama tumbang karena cedera.
Marchisio mengalami masalah pada ligamen lutut pada laga Serie A kontra Palermo pada pertengahan April 2016. Sedangkan Verrati harus menepi karena kerusakan pada otot paha.
Sebenarnya Conte masih punya waktu untuk membawa kembali Pirlo ke dalam tim. Toh, Marchisio cedera di bulan April. Verratti bahkan sudah terkapar sejak 20 Februari 2016 dan namanya tidak sekali pun tercantum lagi dalam daftar pemain Paris Saint Germain (PSG) terhitung Maret 2016.
Tapi begitulah. Sampai ia mengumumkan skuat inti Italia yang akan bertolak ke Perancis pada 31 Mei 2016, Pirlo tetap tak pernah dipanggil pulang. Conte memilih delapan gelandang. Yakni Federico Bernardeschi (Fiorentina), Antonio Candreva (Lazio), Daniele De Rossi (AS Roma), Alessandro Florenzi (AS Roma), Emanuele Giaccherini (Bologna), Thiago Motta (PSG), Marco Parolo (Lazio), dan Stefano Sturaro (Juventus).
Jangankan sampai pada tahapan "musikus bola", level penghela imajinasi, bahkan tidak satu pun di antara para gelandang ini yang memiliki tipikal playmaker. Conte memberikan nomor punggung 10 untuk Motta, pemain yang jelas-jelas bukan pemain berkarakter nomor sepuluh.
Motta di PSG bermain di belakang Verrati, di depan duet Thiago Silva dan David Luis, sebagai penyeimbang lini tengah dan belakang. Demikian pula Daniel De Rossi, pemain berpengalaman lain dalam kombinasi ini.
Tipikal nomor sepuluh sebenarnya justru ada pada Federico Bernardeschi --meski posisi idealnya adalah winger. Selain memang benar-benar menyandang nomor 10 di Fiorentina, gaya bermain Bernardeschi mengingatkan pada Donadoni. Ia kidal.
Tapi berbeda dari Donadoni yang lebih sering menyisir sisi kiri lapangan, Bernardeschi mampu bergerak dari sisi kiri maupun kanan, melepas umpan silang, atau menyayat ke tengah lapangan untuk melepaskan tendangan ke gawang. Mirip-mirip Mesut Ozil dan Angel Di Maria.
Namun masih menjadi tanda tanya besar apakah Conte akan menempatkan Bernardeschi dan Parolo di jajaran starting eleven. Sejauh ini, Bernardeschi baru bermain untuk Italia sebanyak empat kali. Dan Euro 2016 menjadi panggung akbarnya yang pertama.
Jika Conte ternyata menyimpan Bernardeschi di bangku cadangan, maka Italia akan benar-benar bermain tanpa imajinasi. Ini sangat berbahaya, karena lawan yang mereka hadapi, Belgia, justru memiliki banyak pemain yang mampu melakukan kreasi-kreasi ajaib di lapangan.
Kabar terakhir yang masih simpang-siur, Eden Hazard kemungkinan tidak dapat bermain. Playmaker Chelsea ini mengalami cedera saat latihan. Tapi jikapun benar Hazard mesti menepi, Belgia masih punya Axel Witsel dan Kevin De Bruyne.
Racikan bola keduanya, yang ditopang Marouane Fellaini dan Radja Nainggolan yang kokoh, bakal menjadi santapan empuk bagi tukang-tukang gedor yang sama tajam, Christian Benteke dan Romelu Lukaku.
Walau tak sempurna, Conte memang mewarisi semangatCatenaccio yang ia tularkan ke tim nasional Italia. NamunCatenaccio juga membutuhkan dirigen andal di lini tengah. Membutuhkan orang yang mengatur kapan nada mesti dihentakkan dan kapan harus dilantunkan dengan lirih. Tanpa itu, simfoni akan berantakan.
Twitter: @aguskhaidir