Laporan Wartawan Tribun Jabar, Ravianto
TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Persib Bandung harus rela dihukum denda Rp 50 juta setelah bobotoh membuat koreografi bernada politis.
Sebenarnya, bobotoh merupakan salah satu suporter terbaik yang ada di Indonesia saat ini dengan berbagai koreo sangat kreatif dan dukungan luar biasa untuk Persib Bandung.
Koreografi itu muncul ketika Persib Bandung menjamu Semen Padang di Stadion Si Jalak Harupat, Soreang, Kabupaten Bandung, Sabtu (9/9/2017).
Viking Persib Club (VPC) membuat sebuah koreo bertuliskan "Save Rohingya" di tribun timur sebelum pertandingan dimulai.
Aksi ini akhirnya berbuntut denda Rp 50 Juta dari Komisi Disiplin PSSI.
Denda dari PSSI ini membuat kubu Maung Bandung marah.
Bahkan, manajer Persib Bandung Umuh Muchtar sampai mempertanyakan alasan komdis menghukum bobotoh yang justru menurutnya adalah aksi kemanusiaan.
Ia bahkan mempertanyakan orang-orang di PSSI, apakah mereka mendukung pembantaian yang terjadi terhadap etnis Rohingya.
"Saya curiga, barangkali mereka (PSSI) setuju dengan pembantaian itu, apa mereka tidak suka dengan orang yang bersolidaritas untuk Rohingya," kata Umuh Muchtar, Kamis (14/9/2017).
Koreografi Save Rohingya itu memang tidak ada yang salah, tapi sayang itu tak bisa diterapkan di sepak bola.
FIFA tak mengijinkan simbol atau pesan politik dan bahkan agama masuk ke dalam lapangan pertandingan karena dinilai sensitif.
Keputusan Dewan Asosiasi Sepak bola Internasional, Peraturan 4 Law of The Game FIFA menyebutkan:
"Pemain/tim sendiri dilarang untuk menampilkan pakaian dalam berisikan slogan-slogan politik, agama, pribadi, pernyataan atau gambar, dan iklan selain logo produsen. Dan apabila melanggar akan mendapat sanksi dari penyelenggara kompetisi atau dari FIFA."