Setelah itu, sambung Haruna, Madura United mendapatkan tekanan luar biasa dari pihak aparat agar timnya mengalah.
"Kami kembali mendapatkan tekanan luar biasa dari pihak aparat agar kami bisa dalam tanda kutip mengalah untuk pertandingan kali ini agar izinnya clear."
"Lalu kondisi ditambah dengan tiba-tiba suporter kami diusir (dibabak kedua, red) dari lingkungan stadion padahal mereka sudah menyiapkan nobar," jelas dia.
Bagi Madura United hal ini merupakan wujud kriminalisasi yang telah dilakukan tim Bhayangkara FC di bawah manajemen Polri untuk mempermulus gelar juara liga.
Apalagi sebelumnya PT Liga Indonesia Baru tiba-tiba memberikan tiga poin untuk Bhayangkara FC setelah protes mereka ke Mitra Kukar diterima.
"Ternyata di kompetisi Liga 1 ini untuk mendapatkan poin tidak perlu lagi berjuang di lapangan 90 menit, tidak perlu mengeluarkan keringat dengan risiko cedera dan lain sebagainya. Cukup melakukan itu (protes)," kritik Haruna.
Haruna menganggap protes ke Komdis PSSI sudah tak ada gunanya lagi. Semua itu akan sia-sia karena kompetisi ini dinilai lelucon.
"Negara ini milik polisi. Selamat untuk polisi, selamat pada Bhayangkara dengan segala usaha dan upaya yang sudah dihalalkan untuk menjadi juara. Saya tidak mau statment saya ini menjadi hal buruk, tapi saya memiliki bukti-buktinya terhadap kriminalisasi ini," kata Haruna.
15 Latihan Soal dan Kunci Jawaban Bahasa Indonesia Kelas 4 SD Bab 2 Kurikulum Merdeka, Di Bawah Atap
15 Latihan Soal Bahasa Indonesia Kelas 4 SD BAB 4 Semester 1 Kurikulum Merdeka, Meliuk dan Menerjang