TRIBUNNEWS.COM, ITALIA - Setelah ditunjuk sebagai pelatih timnas Italia pada 2016, sosok Gian Piero Ventura memantik perdebatan.
Gian Piero Ventura menjadi pelatih timnas Italia menggantikan Antonio Conte seusai Piala Eropa 2016. Kehadirannya sebagai commissario tecnico (CT) alias pelatih kepala memunculkan kontroversi.
Mengapa timnas Italia memilih pelatih uzur seperti Ventura, yang bahkan tak meraih trofi bergengsi sejak ia mulai melatih pada 1976?
Sebelum ditunjuk mengepalai timnas Italia, Ventura malah baru menyelesaikan musim 2015-2016 dengan membawa Torino finis di posisi ke-12.
Baca: Mandzukic Lelah Jalani Peran Baru di Juventus sebagai Winger
Baca: Terpujilah Salah, Enggan Selebrasikan Golnya ke Gawang Chelsea Demi Ini
Mantan Presiden FIGC, Carlo Tavecchio, menjawab mengapa mereka memilih Ventura.
"Ventura adalah maestro sepak bola. Hal itu termasuk kriteria kenapa saya memilih dia," kata Tavecchio seperti dikutip BolaSport.com dari Toro News.
Agaknya jawaban Tavecchio itu berlebihan, tapi coba tengok jejak rekam yang dibuat Ventura selama kariernya.
Ventura adalah sumber ilmu bagi para pelatih muda. Salah satu ciri racikan Ventura ialah warisan formasi 4-2-4 yang diterapkan di Pisa (2007-2009) dan Bari (2009-2010).
Pola agresif itu pula yang menjadi inspirasi Conte pada awal karier kepelatihannya.
Maklum, Conte memulai karier sebagai pelatih Arezzo (2006-2007) lalu Bari (2007-2009).
Conte bahkan membawa Bari menjadi juara Serie B 2008-2009 dan berhak promosi ke Serie A.
"Saat saya memakai pola 4-2-4 di Pisa, banyak mata-mata di tribune stadion yang mengamati kami," kata Ventura.