Manajemen juga gerah ketika kapten tim Hamka Hamzah mengajak pemain demo dan mogok latihan, hal ini sangat merugikan tim.
Persoalan lainnya, gaji Hamka bersama ke-9 pemain ini juga membebani klub.
Hamka misalnya bergaji sekitar Rp1,5 miliar, Adam Alis (1,5 miliar), Konate Makan dan N'Diaye bergaji Rp2 miliar.
Bek Bio Paulin bergaji Rp1,5 miliar, sementara itu Novan Setya Sasongko Rp 700 juta, Alfin Rp 700 juta, dan Rahmat Hidayat Rp500 juta dan Patrich Wanggai Rp800 juta.
Sementara itu jajaran pelatih, khususnya Rahmad Darmawan cs memiliki besarasan gaji hingga Rp 2 miliar Hal inilah yang menjadi pertimbangan Sriwijaya FC untuk melepas mereka, selain persoalan gaji, juga ada beberapa hal yang membuat manajemen tidak nyaman.
Maka itu, Muddai mengharapkan semua kalangan dapat berpikir jernih karena tujuan dilakukan proses ini tak lain karena ingin mengangkat talenta asli Sumsel.
Selama ini, pemain asli daerah binaan dari akademi U-16 dan U-19 terbilang kurang mendapat tempat di daftar pemain inti.
Selain itu, berbagai pihak juga harus melihat bahwa faktor kenyamanan seorang pemain di dalam klub sebagai pertimbangan utama.
"Misal sudah tidak ada kenyamanan lagi dari pemain atau pelatih dengan Sriwijaya FC, mengapa harus bertahan, kami juga membuka pintu negosiasi, ya begitu sebaliknya jika kami pun sudah tidak nyaman," kata dia.
Sriwijaya FC melakukan sejumlah langkah di pengujung putaran kedua Liga 1 2018.
Hal ini untuk merespon beberapa kejadian, seperti aksi mogok pemain dan pelatih dan secara beramai-ramai datang ke kantor manajemen klub.
Esksodus Menuju Bali-Arema
Isu yang beredar, jika para pemain ini diangkut oleh manajemen Arema, namun hanya dua pemain yang akan diambil oleh Arema yakni, Hamka Hamzah dan Adam Alis.
Sementara para pemain lainnya seperti N'Diaye dan Patrich Wanggai dikabarkan sudah sepakat dengan Bali United, sedangkan Konate Makan dan Patrich Wanggai kembali ke Persib Bandung dan Madura United. Adapun Rahmat Hidayat belum diketahui.