Yuli adalah pemuda dari keluarga yang tinggal di sebuah kampung di bagian timur Kota Malang.
Sebelum menjadi dirigen Aremania, sejak lulus dari sebuah Madarasah Aliyah Al Amin, Blimbing, Yuli bekerja sebagai pencuci mikrolet-angkutan umum dalam kota.
Dia bekerja mulai jam 4 sore hingga jam 12 malam.
Dari pekerjaannya tersebut, Yuli bisa memeroleh Rp 10 ribu hingga Rp 15 ribu per hari.
Sejak menjadi dirigen, Yuli praktis berhenti bekerja.
Menurutnya pilihan ini adalah saran orangtuanya yang tak tahan melihat Yuli menghabiskan hampir semua waktunya untuk mengurusi sepakbola, sepakbola, dan sepakbola.
Kala itu Yuli menggantungkan hidupnya pada kedua orangtua.
Bapaknya, Asip, adalah seorang tukang kayu panggilan.
Sementara ibunya, Juwariyah, berpenghasilan dengan menjual makanan rumahan bikinannya ke warung-warung di sekitar kampungnya.
Yuli mengatakan, kala itu setiap hari mendapat uang saku antara Rp 500 hingga 2000 dari bapak atau ibunya.
Suatu ketika Yuli akhirnya tersadar, dia tak bisa terus-terusan bergantung pada kedua orang tuanya.
Dia sempat membuka bisnis kecil-kecilan.
Mulai dari jualan air mineral hingga jadi calo tiket pernah dilakoninya demi mendapatkan uang untuk sekedar membantu Bapak dan Ibunya.
Apalagi sejak 2011 lalu dia ditinggal oleh sang Bapak menghadap Illahi, Yuli berupaya memberikan yang terbaik untuk ibunya.