News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Fakta-fakta Dirijen Aremania, Yuli Sumpil yang Dapat Sanksi Dilarang Masuk ke Stadion Seumur Hidup

Editor: Sri Juliati
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Dirijen Aremania, Yuli Sumpil (kanan) memberikan arahan saat Aremania mendatangi kantor Arema FC Jalan Mayjen Pandjaitan no 42 Kota Malang pada (20/4/2018).

TRIBUNNEWS.COM - Dirijen Aremania, Yuli Sumpil dijatuhi sanksi tak boleh memasuki stadion di seluruh Indonesia seumur hidupnya oleh Komite Disiplin (Komdis) PSSI.

Sanksi tersebut diberikan karena Yuli Sumpil masuk lapangan dan dinilai melakukan provokasi kepada penonton saat Arema FC melawan Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang pada 6 Oktober 2018.

“Secara kesatria, saya terima sanksi ini. Terkait sanksi ini, kalian yang bisa menilai,” kata Yuli Sumpil kepada SURYAMALANG.COM, Sabtu (13/10/2018).

Lantas, siapakah Yuli Sumpil?

Nama Yuli Sumpil pasti sudah tidak asing di dunia persepakbolaan Indonesia.

Bernama asli Yuli Sugianto, pria kelahiran 14 Juli 1976 ini merupakan seorang dirigen untuk suporter Arema FC, yakni Aremania.

Yuli Sumpil diketahui sudah menjadi Aremania semenjak kelas 5 SD.

Nama Sumpil diambil dari nama kampung tempat tinggalnya, tepatnya di Jalan Sumpil gang I, RT 3 RW 4 kelurahan Purwantoro, Kecamatan Blimbing, Kota Malang, Jawa Timur.

Yuli Sumpil juga terkenal dengan style nyentrik sebagai ciri khasnya.

Topi yang tak pernah lepas dari kepalanya, tindikan di kedua telinganya, serta kaus dan jaket Aremania yang selalu melekat di tubuhnya seolah sudah jadi pemandangan wajar di tiap penampilannya.

SURYAMALANG.com berhasil merangkum delapan fakta mengenai dirigen Aremania, Yuli Sumpil yang diambil dari berbagai sumber.

1. Yuli Sumpil jadu Aremania sejak kecil

Sejak masih di bangku kelas 5 SD Yuli sudah menjadi sosok Aremania.

Dirinya selalu hadir di stadion untuk mendukung Arema yang kala itu masih berkompetisi di Galatama.

Yuli berkisah sudah sejak remaja dirinya selalu berusaha melakukan apa saja demi menonton pertandingan Arema.

Bahkan saat laga away, dia bersiap sejak pagi, menunggu truk di pinggir jalan raya.

Begitu ada truk atau mobil angkutan barang lainnya yang mau mengangkutnya, Yuli langsung melompat ke dalam bak mobil menuju kota tujuan.

2. Yuli Sumpil sang dirigen Aremania

Seorang dirigen, layaknya seorang konduktor dalam pertunjukan orkestra, adalah orang yang memimpin para suporter untuk menyanyi dan menari dalam sebuah pertandingan sepakbola.

Lagu apa yang harus dinyanyikan dan gerakan tubuh macam apa yang mesti dilakukan semua keputusan ada di tangan dirigen.
Semakin kreatif sang dirigen, maka semakin atraktiflah gerakan para Aremania yang mengikutinya.

Di era Ligina saat Arema masih bermain di Stadion Gajayana, Aremania punya dua dirigen.

Selain Yuli juga ada sosok Yosep, yang biasa dipanggil El Kepet.

Menurut pendapat mayoritas Aremania, seseorang dipilih menjadi dirigen karena penampilannya yang menarik, ceria, dan nyentrik, dan lain-lain.

Penunjukan sosok dirigen di kalangan suporter biasanya dengan cara yang sulit dijelaskan, semuanya hampir kebetulan saja, sebelum sebuah pertandingan sepakbola dimainkan.

Namun begitu seorang dirigen terpilih, jabatan itu akan disandangnya terus, tanpa batas waktu yang jelas, sampai ia mengundurkan diri atau kehilangan kemampuan untuk memimpin.

Begitulah, tujuh tahun lalu Yuli dan Kepet terpilih begitu saja sebagai dirigen Aremania.

Hanya kepada mereka berdualah Aremania seisi stadion mau tunduk.

3. Yuli Sumpil merupakan tulang punggung keluarga

Yuli adalah pemuda dari keluarga yang tinggal di sebuah kampung di bagian timur Kota Malang.

Sebelum menjadi dirigen Aremania, sejak lulus dari sebuah Madarasah Aliyah Al Amin, Blimbing, Yuli bekerja sebagai pencuci mikrolet-angkutan umum dalam kota.

Dia bekerja mulai jam 4 sore hingga jam 12 malam.

Dari pekerjaannya tersebut, Yuli bisa memeroleh Rp 10 ribu hingga Rp 15 ribu per hari.

Sejak menjadi dirigen, Yuli praktis berhenti bekerja.

Menurutnya pilihan ini adalah saran orangtuanya yang tak tahan melihat Yuli menghabiskan hampir semua waktunya untuk mengurusi sepakbola, sepakbola, dan sepakbola.

Kala itu Yuli menggantungkan hidupnya pada kedua orangtua.

Bapaknya, Asip, adalah seorang tukang kayu panggilan.

Sementara ibunya, Juwariyah, berpenghasilan dengan menjual makanan rumahan bikinannya ke warung-warung di sekitar kampungnya.

Yuli mengatakan, kala itu setiap hari mendapat uang saku antara Rp 500 hingga 2000 dari bapak atau ibunya.

Suatu ketika Yuli akhirnya tersadar, dia tak bisa terus-terusan bergantung pada kedua orang tuanya.

Dia sempat membuka bisnis kecil-kecilan.

Mulai dari jualan air mineral hingga jadi calo tiket pernah dilakoninya demi mendapatkan uang untuk sekedar membantu Bapak dan Ibunya.

Apalagi sejak 2011 lalu dia ditinggal oleh sang Bapak menghadap Illahi, Yuli berupaya memberikan yang terbaik untuk ibunya.

4. Yuli sempat bintangi film The Conductors

Kisah Yuli Sumpil sang dirigen Aremania yang membuat lagu, memimpin para Aremania bernyanyi tanpa henti saat mendukung Arema di stadion pun hinggga diangkat dalam sebuah film dokumenter berjudul 'The Conductors'.

Film garapan Andi Bachtiar Yusuf ini menyandingkan sosok Yuli Sumpil dengan Addie MS (Twilite Orchestra), AG Sudibyo (Paduan Suara Mahasiswa UI) sebagai orang yang mampu mengajak banyak orang untuk menciptakan sesuatu yang indah.

Film tersebut bahkan menjadi film dokumenter terbaik dalam ajang Festival Film Indonesia tahun 2008.

5. Koleksi atribut Aremania Yuli

Yuli punya cukup banyak koleksi aksesori dan atribut Aremania.

Yuli punya macam-macam kaus Arema.

Dari kaus seperti yang dipakai para pemain, warna biru putih, sampai kaus-kaus bergambar kepala singa dan logo Arema.
Kebanyakan kaus macam ini bertuliskan "Kera Ngalam" atau "Ongis Nade."

Frase-frase tersebut memang sangat akrab di mata dan telinga para Aremania.

"Saya biasanya pakai kaus Arema, tapi bawahannya bisa ganti-ganti, yang penting warna dan modelnya mencolok," kata Yuli.

Selain kaus dan hem, Yuli juga punya koleksi pakaian ala suporter lainnya.

Ada yang berbahan kulit sintetis hingga kain sarung dan kain perca.

Hampir semua pakaian ini dirancang sendiri oleh Yuli.

Biasanya dia mendapat ide model-model pakaian baru setelah menonton pertandingan sepakbola Liga Italia atau Liga Inggris di televisi.

6. Yuli dan rivalitas dengan Bonek

Seperti kebanyakan pemuda kota yang tinggal di kampung padat dan miskin, Yuli gemar sepakbola dan sering terlibat tawuran (perkelahian massal) antarkampung.

Kala itu kelompok suporter di Malang sebelum ada Aremania adalah kelompok geng-geng yang selalu rusuh di tiap usai pertandingan, apapun hasil di lapangan.

Soal rivalitas antara Aremania dan Bonek, Yuli tak hanya sekali dua kali terlibat langsung di dalamnya.

Tak terhitung jumlahnya Yuli berada dalam satu medan tempur kala Aremania diserang oleh oknum berseragam hijau-hijau tersebut.

Bagi Yuli, itu adalah sebuah pembelajaran bagaimana jadi sosok suporter yang tak mau mencari musuh, namun ketika ketemu musuh tak lari.

7. Yuli dan kisah cintanya

Dalam sebuah penampilannya di acara Kick Andy Metro TV dia pernah mengungkap satu dari sekian banyak kisah percintaannya dengan wanita yang pernah dipacarinya.

Kisah tersebut terjadi di pertengahan tahun 2010, tepatnya saat detik-detik Arema mengunci gelar juara ISL 2009/2010.

Saat itu Yuli mengaku akan bertunangan dengan seorang wanita pujaannya.

Kala itu 26 Mei 2010, Arema harus bertandang ke markas PSPS Pekanbaru untuk menentukan status juara yang selangkah lagi dalam genggaman.

Arema hanya butuh satu poin saja dari hasil imbang maka juara ISL 2009/2010 dipastikan dibawa pulang ke Malang.

Tak mau melewatkan momentum berharga tersebut, Yuli pun berniat ikut away tour ke Pekanbaru bersama sejumlah Aremania lainnya.

Namun apa mau dikata, sang dirigen tak punya cukup biaya untuk sekedar membeli tiket bus menuju ke sana.

Yuli pun teringat pada cincin tunangan yang akan diberikan pada kekasihnya.

Demi cintanya pada Arema akhirnya dia gadaikan cincin tersebut dan uangnya dipakai untuk ongkos tour ke Pekanbaru.

"Setelah kejadian itu dia mutusin saya. Kami tak jadi bertunangan," komentar Yuli sambil tertawa kecil ketika ditanya oleh Andy sang presenter mengenai kelanjutan nasib pertunangannya kala itu.

Kendati demikian, Yuli sangat senang dan bangga karena menjadi saksi penentuan juara secara langsung di hadapan kedua matanya.

Kebetulan pada waktu itu laga antara PSPS vs Arema tak disiarkan oleh antv yang memiliki hak siar ISL.

8. Biodata Yuli Sumpil

Berikut biodata sang dirijen Aremania, Yuli Sumpil:

Nama lengkap : Yuli Sugianto
Nama lapangan : Yuli Sumpil
Tempat, tanggal lahir : Malang, 14 Juli 1976
Pendidikan : MA Al-Amin Blimbing, Kota Malang
Ayah : (alm.) Asip
Ibu : Djuariyah
Saudara : Anak ketujuh dari sembilan bersaudara

Keterlibatan di sepak bola :
- Menjadi suporter sejak kelas 5 SD
- Menjadi Dirijen Aremania sejak 1998-1999

Penghargaan :
- The Best Suporter pada Ligina VI tahun 2000 bersama Aremania
- The Best Supporter Piala Indonesia 2006 bersama Aremania
- Film Dokumenter Terbaik (The Conductors)

Artikel ini telah tayang di suryamalang.com dengan judul Inilah Yuli Sumpil, Dirigen Aremania yang Kini Dihukum Tak Boleh Masuk Stadion Seumur Hidup

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini