TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Erick Thohir dan Muhaimin Iskandar tiba-tiba ingin memperebutkan kursi Ketua Umum Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) yang baru saja ditinggalkan Edy Rahmayadi.
Minggu lalu, Erick Thohir pernah mengatakan jika dirinya bisa memperbaiki industri sepakbola.
Sedangkan Muhaimin Iskandar juga sempat mentwit bahwa dia siap memimpin PSSI agar bisa beres biar berprestasi bisa masuk gelanggang dunia.
"Saya siap memimpin PSSI biar beres, biar berprestasi, masuk gelanggang dunia," tulis Cak Imin, panggilan akrab Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar, di akun Twitter-nya, Rabu (23/1/2019).
Edy Rahmayadi menyatakan mundur dari jabatan Ketum PSSI dalam Kongres PSSI di Bali, Minggu (20/1/2019).
Tak pelak, keinginan Erick dan Cak Imin berebut kursi Ketum PSSI itu memunculkan cibiran publik, terutama para insan sepak bola. Pasalnya, keduanya bukan orang yang “berkeringat” memundurkan Edy Rahmayadi untuk kemudian digantikan Joko Driyono sebagai Pelaksana Tugas (Plt) Ketum PSSI.
“Ini ibarat menyalip di tikungan,” ujar Urias Rahantoknam, mantan pemain sepak bola nasional, Rabu (23/1/2019).
Urias pun memunculkan istilah lain, yakni ibarat sapi punya susu tapi keling (India) yang punya nama, atau itik yang bertelur tapi ayam yang mengerami.
Gempa Terkini Senin 5 Februari 2024 Guncangan Baru Saja Terjadi, di Sini Lokasi dan Kekuatan Getaran
Gempa Terkini Minggu 14 April 2024 Pagi Guncangan Baru Saja Terjadi, di Sini Lokasi dan Magnitudonya
Gempa Bumi Terkini Senin 19 Februari 2024 Pagi, Guncangan Baru Terjadi, di Sini Lokasi dan Magnitudo
Sementara itu, ditilik dari jejak digital, terutama berita-berita di media massa. ternyata ada lembaga yang “berkeringat” dalam “memaksa” Edy Rahmayadi meninggalkan kursi Ketum PSSI, yakni Komite Perubahan Sepak Bola Nasional (KPSN).
Prihatin dengan persepakbolaan nasional yang tidak kunjung berprestasi, ditambah maraknya kasus suap pengaturan skor pertandingan atau match fixing, Suhendra Hadikuntono pun mendirikan KPSN pada awal Oktober lalu dengan merekrut para ahli di bidangnya, mulai mantan anggota Komite Eksekutif PSSI, eks pemain-pelatih, praktisi hukum, hingga wartawan.
Hasilnya, hanya dalam empat bulan KPSN berhasil menumbangkan Edy Rahmayadi yang merangkap jabatan Gubernur Sumatera Utara.
Edy tak mungkin mundur bila tidak ada penangkapan terhadap sejumlah pengurus PSSI sebagai tersangka suap match fixing oleh Satuan Tugas (Satgas) Antimafia Bola Polri. Plus langkah KPSN menggelar diskusi bertajuk, "Menuju Sepak Bola Bersih, Berprestasi, Tanpa Mafia” di Hotel Bidakara, Jakarta, Rabu (9/1/2019).
Kegerahan Edy terhadap acara diskusi KPSN itu tercermin dari pidatonya di Kongres PSSI.
“Jangan ada yang mengkhianati PSSI. Saya tahu ada orang-orang di depan saya ini yang menghadiri acara di luar acara PSSI,” ujarnya.
Komisioner Bidang Hukum KPSN, Erwin Mahyudin SH menyatakan, pembentukan Satgas Antimafia Bola oleh Polri pada 22 Desember 2018 tak luput dari inisiasi KPSN yang menggandeng Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Polri untuk memberantas maraknya match fixing.
Bareskrim pun menerbitkan Surat Perintah No: Sprin/4976/X/2018/Bareskrim tertanggal 29 Oktober 2018.
“Jadi, kalau ada orang yang tidak ‘berkeringat’ melengserkan ER (Edy Rahmayadi, red) lalu berebut kursi Ketum PSSI, maka bercerminlah. Selayaknya yang menjadi Ketum PSSI adalah orang yang berjasa menyingkirkan ER,” jelas Erwin Mahyudin, Rabu (23/1/2019).
Suhendra sendiri ketika ditanya kesiapannya mengatakan, siap.
"Tugas saya sudah selesai. Jika saya tidak mengambil risiko, maka peta tidak akan pernah berubah. Jika bangsa dan negara yang memanggil, ditempatkan di mana pun saya harus siap," tandasnya.