Dalam skema permainan Tradeli, Keane justru ditempatkan sebagai pemain yang posisinya sebagai second striker.
Ia bahkan ditugaskan sebagai pemain yang memberikan umpan kepada duet lini serang Inter Milan kala itu
Bermain yang tidak sesuai dengan posisi naturalnya membuat Keane gagal menunjukkan potensinya sebagai wonderkid yang menjanjikan.
Penampilan yang tidak kunjung membaik membuatnya terlempar ke bangku cadangan.
Ia hanya dijadikan striker keempat setelah Hakan Sukur, Ronaldo serta Ivan Zamorano.
Hanya menghiasi bangku cadangan membuat Keane tidak betah di Inter Milan.
Kurang dari enam bulan, Kaene meninggalkan Inter Milan dan bergabung dengan Leeds United.
Selama berkarir bersalam Inter Milan, Keane hanya mencatatkan 15 pertandingan dan mencetak 3 gol.
Kaene resmi pindah dari Inter Milan di tahun 2001 untuk bergabung dengan klub asal Inggris itu.
Keane merupakan bakat yang di sia-siakan Moratti, Tardelli, dan Inter Milan.
Namun Keane merupakan satu contoh bagi pesepak bola Iralandia Utara, bahwa mereka tidak hanya dapat bermain di liga domestik maupun Liga Inggris, melainkan mampu berkiprah di Italia.
Keane mencoba tantangan tersebut dengan berkiprah di Liga Italia, meskipun harus diakui mengalami masing yang pahit.
Ketajaman Keane sebagai sosok striker haus gol tidak perlu dipertanyaan lagi.
Ia berhasil meraih puncak karirnya saat berseragam Tottenham Hotspur.
DI Spurs, Keane berhasil mencatatkan 121 gol dan 24 asisst dari 300 pertandingan.
Performa yang sama ditunjukkannya saat berseragam LA Galaxy dengan mengemas 105 gol dari 170 penampilan. (Tribunnews.com/Giri)