Hasilnya berdampak signifikan, Lukaku memecahkan rekor Cristian Vieri yan mengemas 14 gol dalam 18 laga (Vieri 13 gol dalam 18 laga), ditambah dengan kehadiran Alexis Sanchez yang sangat berguna di lini depan.
Tetapi, sebenarnya Conte sudah sempat menjelaskan di awal musim, bagaimana ia menyebut Inter Milan sedang dalam masa transisi.
Tentu ini sangat tepat, Inter Milan menjual Mauro Icardi, Ivan Perisic dan juga Radja Nainggolan, ketiganya adalah tulang punggung Inter Milan dalam beberapa musim, inilah fase transisi yang dimaksud Conte.
Tetapi ekspektasi besar kadung diberikan supporter Inter Milan yang menyamakan apa yang dilakukan Conte di Inter sama dengan yang dilakukannya di Chelsea pada awal kedatangannya, tentu saja hal ini memberatkan Conte.
Conte juga melakukan tugasnya, ia menjadi pelatih pertama sejak 1966 yang menang 6 laga beruntun, dengan rekor tak terkalahkan di laga tandang hingga bulan Februari dari Fiorentina saat itu.
Masalah mulai muncul ketika Natal tiba, kelelahan mulai melanda, Liga Champions, Liga Italia dan Coppa Italia sangat berat bagi Inter Milan.
Conte bukanlah pelatih yang suka bongkar pasang pemain, sejauh ini ia baru memainkan total 44 pemain, bandingkan dengan Juventus (59 pemain), Atalanta (61 pemain) dan Napoli (65 pemain), ini membuat Inter Milan kelelahan.
Kelelahan inilah menjadi faktor menurunnya performa Inter Milan, kalah di dua laga penentu Liga Champions, Alexis Sancez yang cidera hingga permainan yang terbaca.
Gelandang flamboyan Atalanta, ALejandro Papu Gomez, menyebut, skema Inter Milan sangat mudah dipahami.
"Inter Milan akan menyerang dari fullback mereka, kemudian dua penyerang, Lukaku dan Lautaro Martinez akan menjemput bola dan menahan bola, transisi cepat baru dimulai ketika penguasaan berada di kedua pemain tersebut,
"Kami mengakalinya dengan meminta dua bek tengah kami, menahan Lukaku dan Lautaro, hasilnya aliran mereka buntu," ujar Papu Gomez di laman The Athletic.
Kelelahan juga membuat Conte kalang kabut, ia menahan pemain muda mereka seperti Alessadro Bastoni, Eduardo Vergani, Filip Stankovic dan Matias Fonseca untuk tetap berada di Inter meskipun ada panggilan Timnas kelompok umur.
Belanja bursa transfer Januari pun tidka cukup, meskipun mendatangkan Ashley Young, Moses dan Cristian Eriksen, ketiganya belum mampu mengangkat performa Inter Milan.
Implikasinya, adalah Inter Milan tidak memiliki pemain yang memiliki daya ledak dan ketajaman yang sama seperti di awal musim, pun dengan strategi Conte yang mudah terbaca.