Dalam penjelasannya, Olhats menilai teknik Griezmann di atas rata-rata pemain lain seusianya dan cocok bermain di Spanyol.
Teknik olah bola itu membuat Olhats yakin Griezmann bakal jadi pemain besar meski tidak memiliki tubuh yang proporsional.
"Saya terkesan dengan teknik Griezmann saat itu. Mungkin saat itu masih belum sempurna. Namun, intuisi saya yakin terhadap Griezmann," kata Olhats.
"Saya tahu kriteria pencarian bakat sepak bola pada masa itu. Di Perancis khususnya, mereka mencari pemain yang punya tubuh atletis dan kuat secara fisik," ujar Olhats.
"Di sisi lain, Spanyol memberi waktu untuk para pemain muda untuk berkembang. Jika saya tidak bekerja di Real Sociedad saat itu, mungkin Griezmann tidak akan ditemukan," tutur Olhats menambahkan.
Setelah empat tahun menjadi pemain akademi Zubieta, Griezmann mendapat jatah promosi ke tim utama Real Sociedad pada tahun 2009.
Pelatih Real Sociedad saat itu, Martin Lasarte, yakin dengan Griezmann yang tampil baik pada tur pramusim menyambut musim 2009-2010.
Sejak saat itu, penampilan Griezmann terus menanjak hingga dipanggil ke timnas Perancis pada Maret 2014.
Debut di timnas Perancis membawa berkah untuk Griezmann karena tidak lama setelah itu resmi pindah ke Atletico Madrid.
Griezmann sampai saat ini sudah mengikuti tiga turnamen besar bersama timnas Perancis, yakni dua kali Piala Dunia (2014 dan 2018) serta Piala Eropa 2016.
Pemain yang punya ciri khas rambut pirang itu menjadi kunci timnas Perancis menjadi runner-up Piala Eropa 2016 dan juara Piala Dunia 2018.
Seusai juara Piala Dunia 2018, Griezmann bertahan setahun di Atletico Madrid sebelum pada akhirnya pindah ke Barcelona awal musim ini.
Alasan Griezmann pindah ke Barcelona ditengarai karena keinginan menyempurnakan lemari trofinya dengan gelar Liga Spanyol dan Liga Champions.
Dua gelar itulah yang tidak didapatkan Griezmann di Real Sociedad maupun Atletico Madrid.