Gasperini cerdik dalam membangun sebuah tim.
Dengan skuat seadanya dan memaksimalkan potensi yang ada, dia mampu menyulap Atalanta menjadi tim yang mampu bersaing di papan atas Liga Italia.
Musim pertama Gasperini, Atalanta duduk di posisi empat besar Liga Italia.
Dua klub Kota Milan, Inter dan AC Milan bahkan harus rela finish di bawah tim Sang Dewi.
Baca: Lazio Bisa Hentikan Hegemoni Juventus di Liga Italia, Peran Vital 2 Eks Liverpool dan Incaran MU
Namun pada musim berikutnya, penampilan Papu Gomez dan kolega belum konsisten hingga finis di peringkat tujuh dan keluar dari zona kompetisi Eropa.
Pada musim 2018/2019, kolektivitas anak asuh Gasperini mulai tampak dan bisa dipercaya.
Atalanta finis di perigkat 3 dengan jumlah produktivitas gol paling banyak dalam satu musim, yakni 77 gol.
Perolehan tersebut bahkan melewati sang juara bertahan Juventus (70 gol) dan Napoli sebagai runner up (74 gol).
Dengan hasil ini, finis di peringkat 3, Atalanta berhak tampil di Liga Champions.
Namun tim Kuda Hitam ini tak dijagokan lantaran 3 laga pertama dalam babak kualifikasi menelan kekalahan.
Namun siapa sangka, pada putaran kedua anak asuh Gasperini tak tersentuh kekalahan, meraih dua kemenangan dan hasil imbang.
Hasilnya melaju ke babak 16 besar dengan menghadapi Valencia.
Atalanta tak menemukan kendala, salah satu tim besar kota Spanyol tersebut digilas dengan agregat 8-4 hingga berhak melaju ke babak 8 besar.
Hal ini merupakan tonggak sejarah bagi rakyat Bergamo melihat tim sepak bola kesayangan mereka mampu menunjukkan taji di kancah Benua Biru.
Baca: Liga Italia Kembali Bergulir, Cristiano Ronaldo Miliki Senjata Baru
Baca: Resmi, Ini Jadwal Liga Italia yang Tersisa di Musim 2019/2020