TRIBUNNEWS.COM - Mantan pelatih timnas U-19 Indonesia, Fakhri Husaini, menceritakan pengalamannya diminta untuk mengatur skor pertandingan ketika masih aktif bermain.
Kasus pengaturan skor bukanlah hal yang baru dalam cerita sepak bola Indonesia.
Praktik pengaturan skor seakan sudah menjadi budaya yang terpendam jauh di dasar paling gelap dari gelaran kompetisi sepak bola nasional.
Hingga saat ini, Satuan Tugas (Satgas) Antimafia Bola bahkan sudah menangkap sejumlah aktor dalam pengaturan skor yang berhasil diungkap.
Baca: PSSI Surati Shin Tae-yong Agar Segera Datang Latih Timnas Indonesia
Baca: Kisruh PSSI dengan Shin Tae-yong, Menpora: Tidak Ikut Campur, dan akan Dukung Persiapan Timnas
Salah satunya kasus pengaturan skor yang terjadi dalam laga antara Persibara Banjarnegara kontra Persekabpas Pasuruan yang turut menyeret mantan pelaksana tugas (plt) Ketua Umum PSSI, Joko Driyono.
Kasus pengaturan skor ternyata juga pernah menimpa mantan pelatih timnas U-19 Indonesia, Fakhri Husaini, saat dirinya masih aktif bermain.
Hal itu diceritakan sendiri oleh Fakhri dalam bincang-bincang bersama dua pemain Arema FC, Hanif Sjahbandi dan Rendy Juliansyah, di kanal Youtube Hanif & Rendy Show.
Ketika diminta oleh pelatihnya untuk mengatur skor, Fakhri pun menunjukkan perlawanan yang membuatnya diganti di babak kedua.
Baca: Jelang Piala Asia 2020, China dan Jepang Was-was dengan Kekuatan Timnas Indonesia U16
"Kalo saya diminta pelatih, disuruh atur skor pertandingan, saya sudah pernah," ucap Fakhri dilansir Bolasport.com dari Youtube Hanif & Rendy Show.
"Saya sampaikan kepelatih itu, 'Kalau kamu pasang saya, saya akan buat gol. Saya tidak peduli tim ini menang. Kalau kalian mau atur-atur, jangan mainkan saya'."
"Akhirnya kesepakatan itu, saya dikeluarkan di babak kedua. Ya terserah, kalau babak kedua mau diatur-atur saya terserah yang penting saya nggak ikut main," tambahnya.
Baca: Satgas Antimafia Bola Total Tangkap Delapan Pelaku Pengaturan Skor Laga Persikasi vs Perses Sumedang
Sikap melawan yang ditunjukkan oleh Fakhri didasarkan pada prinsip kejujuran yang dipegangnya.
Pelatih 54 tahun itu menilai bahwa jika para pemain dan pelatih di lapangan dengan sadar mengatur skor, maka mereka telah berbuah dosa besar.
Mereka, yang mengatur skor, telah mengkhianati para suporter yang datang ke stadion dengan penuh perjuangan.