TRIBUNNEWS.COM - Sosok Cristiano Ronaldo, kini menjadi andalan Juventus, kehadirannya terbukti membuat penampilan si Nyonya Tua bertaji.
Namun, mengamati Cristiano Ronaldo, ada perubahan cara bermain,sejak dari Manchester United, Real Madrid hingga saat ini di Juventus.
Ada alasan yang jelas dari perubahan permainan Cristiano Ronaldo : cidera.
Baca: 648 BUFFON Dalam Laga Juventus vs Torino, Rekor Paolo Maldini Bersama AC Milan Berhasil Dipatahkan
Baca: Hasil Akhir Juventus vs Torino, Liga Italia, Dyabala-Ronaldo Buat Tuan Rumah Menang 4-1
Dikutip dari Sportbible, semua bermula pada Piala Dunia 2014 yang digelar di Afrika Selatan, kala itu Ronaldo datang membela Portugal dengan gelar Ballon d'Or usai membawa Real madrid juara Liga Champions.
Portugal diunggulkan saat itu dengan adanya Ronaldo, tetapi saat itu ada berita tidak sedap menghantui.
Dikutip dari Independent, seorang dukun asal Ghana, Nana Kwaku Bonsam, memprediksi Cristiano Ronaldo akan mengalami cidera, bukan hanya satu melainkan dua cidera berbeda.
Padahal, sebelumnya Cristiano Ronaldo tidak pernah mengalami cidera parah, hanya masalah retak telapak kaki yang membuatnya absen lama, saat itu musim 2008-2009 bersama Manchester United,sehingga opini sang dukun dianggap isapan jempol belaka.
Tetapi, yang terjadi Cristiano Ronaldo mengalami dua cidera sekaligus, yakni Tendinosis dan juga hamstring, ciderayang memaksanya absen dalam beberapa laga uji coba Portugal saat itu.
Cidera Tendinosis-lah yang memaksanya mengubah cara bermain, lalu apa itu cidera tendinosis?
Tendinosis adalah degenerasi kolagen pada tendon lutut, karena penggunaan yang berlebih, dengan waktu istirahat yang kurang.
Cidera ini tidak bisa disembuhkan dan yang lebih parah : cidera ini menggerogoti kolagen Cristiano Ronaldo, akibatnya, kekuatan lututnya makin lama makin lemah dan akan terus melemah selama masih terus digunakan.
Kolagen pada lututnya juga mengalami degenerasi, artinya, kondisi lutut Ronaldo tidak pernah mencapai 100 persen sempurna, justru semakin berkurang kemampuannya.
Ronaldo coba mengakalinya dengan latihan selama 6-8 jam sehari hanya untuk memperbaiki lututnya, dan proses itu dijalani Ronaldo pada musim 2014.
Tentu, di usia saat itu 29 tahun, kita kehilangan eksplosifitas Ronaldo yang mestinya sedang di puncak permainan terbaiknya.