TRIBUNNEWS.COM - Makan Konate merupakan satu di antara pemain asing yang punya prestasi mengilap di pesepakbolaan Indonesia.
Di balik pencapaian gemilangnya, gelandang terbaik Liga 1 2019 itu punya liku-liku karier bak petualangan di sejumlah negara.
Mungkin jika tidak ada perang, Makan Konate sepertinya tak akan berkarier di persepakbolaan Tanah Air.
Baca: Curhatan Kapten Persebaya Makan Konate yang Tak Bisa Pulang karena Negaranya Di-Lockdown
Baca: Rapor Para Pemain Asing yang Jadi Kapten Tim di Liga 1 2020: Makan Konate Belum Bertuah di Persebaya
Sebelum ke Indonesia, Makan Konate sempat berkarier dengan bergabung bersama klub asal Mali, Stade Mallien, pada musim 2008-2010.
Memasuki usia 19 tahun, Makan Konate mendapatkan tawaran untuk berkarier di Libya pada musim 2011.
Pemain berposisi gelandang serang itu sepakat bergabung bersama klub Al Akhdar SC.
Pertualangannya yang baru dimulai itu di Libya harus berakhir dengan cepat.
Alasannya karena saat itu di Libya tengah terjadi perperangan yang membuat Makan Konate memutuskan keluar.
Perang Saudara Libya 2011 adalah konflik yang merupakan bagian dari Musim Semi Arab.
Baca Juga: Tiga Pemain Asing Persib Bandung Baru Bisa Bergabung Akhir Juli
Perang ini diawali oleh unjuk rasa di Benghazi pada 15 Februari 2011 untuk menuntut mundur pemimpin Libya, Muammar al-Qaddafi, yang sudah lama berkuasa.
Bersama Al Akhdar SC, Makan Konate hanya bermain 11 kali dengan mencetak dua gol.
Makan Konate akhirnya memutuskan kembali ke negara asalnya, Mali.