Laporan Reporter WARTAKOTALIVE.COM, Rafsanzani Simanjorang
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Publik sepak bola Indonesia kembali dikaitkan dengan sistem naturalisasi setelah kehadiran lima pemain asal Brazil, berusia 18 dan 19 tahun yang tersebar di Persija, Arema, bahkan Madura United.
Kali ini, kelima pemain tersebut diyakini dinaturalisasi untuk kepentingan Piala Dunia U-21 tahun 2021.
Sebagai pelatih yang aktif pembinaan sepak bola Indonesia sejak era 2012 lalu, Jaino Matos pun angkat bicara.
Ia menganggap sistem naturasilasi kurang elok dilakukan timnas Indonesia demi Piala Dunia U-21.
Jaino mengatakan pemain Indonesia masih mampu bersaing jika waktu jeda menunggu kualifikasi diisi dengan meningkatkan kualitas para pemain.
Baca: Miftah Anwar Sani Menanti Jadwal Latihan Persita Tangerang
Dalam mengumpulkan pemain, selain yang berkompetisi di dalam negeri, ada satu proses yang dapat dilakukan yaitu mencari pemain keturunan Indonesia.
"Pemain keturunan Indonesia itu juga banyak yang punya kualitas. Dan mereka layak untuk dilihat oleh pelatih, dan layak bermain untuk timnas. Berbeda dengan naturalisasi yang memang tidak punya darah keturunan Indonesia," ujar Jaino kepada Warta Kota Kamis (20/8/2020).
Jaino menjelaskan, dalam proses naturalisasi tentunya tidak boleh asal-asal karena harus melihat segi kualitas, pembahasan dengan pelatih kepala atau keharusan tim memerlukan pemain naturalisasi.
Meskipun asal pemain satu negaranya, namun Jaino tak mau serta merta mendukung ke lima pemain tersebut untuk di naturalisasi.
"Jika mereka direncanakan untuk timnas U-21, apakah ideal?, apakah mereka bisa adaptasi dengan sepak bola Indonesia, apakah bisa berkontribusi, dan kehadiran mereka positif untuk tim?, semua itu harus dipikirkan," tambah Jaino Matos.
Ia pun membandingkan proses naturalisasi Beto Goncalves dan Greg Nwokolo yang butuh waktu dan pembuktian terlebih dulu sebelum dinaturalisasi.