TRIBUNNEWS.COM - Ada hikmah yang dapat diambil dari babak belurnya Arema FC di ajang Piala Menpora 2021.
Napas Singo Edan -julukan Arema FC- terhenti di fase grup Piala Menpora 2021 usai duduk di dasar klasemen.
Dari tiga pertandingan yang dimainkan, Arema FC hanya meraup satu poin.
Rinciannya, Dedik Setiawan dkk membukukan satu hasil imbang dan dua kali kekalahan.
Baca juga: Kalang Kabut di Piala Menpora, Arema FC Petik Pelajaran Berharga untuk Haram Terlena
Baca juga: Cerita Arema FC di Piala Menpora, Juara Bertahan yang Berubah Jadi Juru Kunci
Pada awalnya, Singo Edan di gadang-gadang mampu berbicara banyak pada turnamen pramusim kali ini.
Meskipun tak terlalu bergantung pada pemain asing, namun deretan pemain lokal yang dimiliki SIngo Edan tergolong kelas wahid.
Khususnya untuk sektor penyerangan, tim besutan Kuncoro itu memiliki nama pemain seperti Dedik Setiawan, Dendi Santoso, dan Kushedya Hari Yudo.
Namun pada faktanya, Singo Edan gagal memenuhi ekpektasi untuk tampil menawan.
Bahkan tim kebanggaan Aremania dan Aremanita itu memiliki segudang masalah, mulai dari lini pertahanan yang rapuh hingga kurangnya klinis barisan penyerang untuk memanfaatkan peluang.
Namun siapa sangka, babak belurnya Singo Edan di Piala Menpora ada hikmah yang dapat diambil,
Satu di antaranya ialah soal pemain asing.
Singo Edan pada turnamen pramusim kali ini mengandalkan dua pemain non lokal, yakni Bruno Smith dan Caio Ruan, keduanya berasal dari Brasil.
Caio Ruan dipercaya untuk menggalang lini pertahanan Arema FC, sedangkan Bruno Smith diberikan tugas untuk mengemban kreativitas penyerangan Singo Edan.
Namun pada kenyataannya, dua pemain asal Samba itu belum memberikan kontribusi nyata pada permainann tim asal Malang, Jawa Timur tersebut.