Misalnya di Solo. Katakanlah satu bulan itu empat tim di Solo semua. Setelah empat pertandingan (saling bertemu--red) ada jeda masing-masing tim bisa istirahat dulu. Habis itu bulan berikut atau minggu berikut PSIS ketemu tim lain. Kita kumpul lagi di mana. Kira-kira begitu," tambah Yoyok saat menjelaskan skema pertandingan.
Yoyok menambahkan, termasuk untuk penghitungan poin nantinya juga akan sama seperti kompetisi pada umumnya.
"Klasemennya tetap. Grup ini (Tujuannya) untuk meminimalisir perjalanan jauh antar klub, terus pemain-pemain keluar ketemu orang. Itu di minimalisir," jelasnya.
Terkait wacana ini, Yoyok mengatakan masih sementara dimatangkan oleh operator kompetisi. Dalam hal ini PT. Liga Indonesia Baru (LIB).
"Nanti disampaikan di manager meeting. Ini (Wacana pertandingan dipusatkan di Pulau Jawa) permintaan hampir semua klub. Mayoritas minta. Karena klub-klub merasa sulit melaksanakan pertandingan di kandang sendiri dengan protokol kesehatan yang sangat ketat. Itu berat," katanya.
Adapun pembiayaan kompetisi kata Yoyok, nantinya akan ditanggung oleh PT. LIB. Sama seperti ketika di Piala Menpora.
"Kalau klub di Piala Menpora kemarin kan datang saja main. Dan itu semua yang handle PT. LIB. Nanti untuk meminimalisir kesulitan klub mengurus izin di daerah. Jadi tidak ada lagi pertandingan ditunda karena tidak ada izin," ungkapnya.
Dalam kesempatan sebelumnya, Pelatih PSIS Dragan Djukanovic mengaku heran dengan wacana seluruh pertandingan Liga 1 berpusat di Pulau Jawa. Apalagi dibuat dalam bentuk grup.
"Saya mempertanyakan mengapa harus dipusatkan di Pulau Jawa saja. Kita harus bertanding secara normal. Bermain di kandang dan bermain tandang," katanya.
Menurut Dragan, jika benar keputusan kompetisi hanya dipertandingkan di Pulau Jawa hal itu merupakan kebijakan yang konyol.
"Jadinya kompetisi seperti turnamen. Ini bukan lagi kompetisi liga," kata Dragan.